Jakarta (ANTARA News) -  Bagas (Vino G. Bastian) rungsing, profesinya sebagai event organizer dalam titik terendah hingga harus menggarap promosi produk minuman di wilayah terpencil.

Keadaan itu kian diperburuk dengan ancaman penyitaan rumah yang ia tinggali akibat lima bulan menunggak cicilan.

Bersama mantan istrinya, Risa (Laudya Cynthia Bella), Bagas berhasil meminta penangguhan waktu sepekan.

Tapi, keuangan tetap menjadi masalah, sebelum rekanan mereka mengabarkan proposal Pameran Pernikahan yang pernah diajukan beberapa tahun silam kembali diminati.

Namun, ada syarat khusus, keduanya harus menjalani proyek itu bersama lagi, sebagai pasangan suami istri.

Prasyarat itu rupanya menjadi masalah, karena Bagas dulu menjatuhkan talak tiga saat menceraikan Risa.

Artinya keduanya tidak boleh menikah lagi, kecuali Risa sudah pernah menikah lagi dan bercerai.

Maka dimulailah siasat untuk memanfaatkan celah kebobrokan birokrasi yang mengurus perkawinan dan mencarikan cara agar bisa menikah lagi secara resmi.

Akal bulus mereka rupanya menemui hambatan, karena Kantor Urusan Agama Kecamatan Gondomana baru kedatangan seorang karyawan yang sangking teladannya mengalami puluhan kali mutasi, Basuki (Dodit Mulyanto).

Kehadiran Basuki membuyarkan peluang Bagas dan Risa bisa menikah lagi tanpa harus mencari muhalil atau seorang lelaki yang menikahi janda talak tiga untuk kemudian diceraikan kembali.

Lalu, kandidat seperti Bimo (Reza Rahadian)  muncul sebagai kandidat.Maka dimulailah sebuah komposisi khas komedi romantis yang tak akan pernah habis, drama cinta segitiga.

Konflik itu sebaiknya anda saksikan kelanjutan dan penuntasannya dalam film "Talak 3" garapan duet sutradara Hanung Bramantyo dan Ismail Basbeth keluaran MD Pictures yang akan mulai tayang di bioskop secara serentak untuk umum pada 4 Februari 2016.

Sisipan alegori cerdas
"Talak 3" merupakan hasil kerja bareng kedua antara Hanung dan Ismail setelah "Mencari Hilal" (2015), yang masuk sebagai salah satu nominasi Film Terbaik Festival Film Indonesia 2015.

Sebagian besar humor yang disajikan cukup lucu, namun adegan membuat lelucon dari fisik orang mungkin menepis selera humor sebagian penonton.

Ismail beranggapan bahwa dalam film yang sarat komedi tentu akan memunculkan adegan-adegan yang cukup aneh dan apa yang ditampilkan sedikitpun tanpa niatan untuk melecehkan.

Penjelasan yang setidaknya akan bermuara bahwa selera humor setiap orang memang sepatutnya berbeda.

Hal lain, ada inkonsistensi logat dari Vino yang terdengar sangat Jawa saat Bagas menjatuhkan talak tiga kepada Risa, namun dalam adegan kebanyakan logatnya seperti hilang begitu saja.

Dalam hal penuturan cerita, mengalir nyaman tanpa jeda yang harus memaksa orang bertanya "kenapa?".

Di sisi lain, tim produksi "Talak 3" rupanya serius ingin agar film itu bukan sekadar menyampaikan cerita tentang sulitnya rujuk setelah bercerai dengan talak tiga. 

"Perilaku korup, di semua instansi itu ada, kita tidak bisa menutup mata atas itu. Tetapi bukan berarti insan perfilman mematikan harapan bahwa di dalam setiap instansi tidak ada orang baik, tokoh Basuki ini kami hadirkan sebagai gambaran bahwa di manapun selalu ada orang baik dan antikorup," kata Hanung.

Kehadiran tokoh Basuki sebuah sisipan alegori cerdas. Saya misalnya, mau tidak mau mengaitkan tokoh Basuki, orang yang dianggap bebal dan mengganggu ketenteraman hanya karena gigih berperilaku antikorupsi,  dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Film yang diberi rating untuk 17 tahun ke atas oleh Lembaga Sensor Film ini dengan pintar membelokkan muatan komedi seksual dengan pendekatan verbal dan simbolik, ketimbang grafis yang vulgar.

Boleh jadi itu sebagai upaya melindungi citra Bella yang belakangan kian identik dengan hal-hal religius dan kalau terlalu banyak muatan vulgar di dalam "Talak 3" boleh jadi ia akan menolak atau para penggemarnya bisa berang.

Terakhir, bagi anda yang menggemari dunia komik Indonesia, cermatilah tiap adegan yang menampilkan legenda komikus Indonesia, Hasmi. Selamat menyaksikan.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016