Jakarta (ANTARA News) - Berada di teras Puri Gedeh, rumah dinas Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang, para tamu rasanya sedang singgah di kediaman anak muda gaul.

Banyak poster dan lukisan berukuran kecil dengan bingkai sederhana ditempelkan di pilar atau dinding teras rumah. Biasanya pejabat tinggi gemar memasang lukisan mahal atau foto bersama tokoh-tokoh penting. Namun, di teras rumah dinas orang nomor wahid di Jateng ini beda.

Sebagian besar lukisan, poster, dan foto yang dipajang di teras Puri Gedeh terlihat gaul. Salah satu poster dengan gambar Ganjar bertopi bertuliskan "Gunsjar N Roses". Kemudian di bawahnya tertulis "Ganjar Pranowo Rockin Governor".

Dari ekspresi, model topi, beserta tulisan di poster tersebut menunjukkan selera musik sekaligus obsesi politik penghuninya. Sejak muda Ganjar memang gandrung musik rock dan tetap konsisten hingga hari ini meskipun rambut kian memutih.

Baris tulisan pertama jelas pelesetan dari grup musik rock Gun N Roses, sedangkan tulisan kedua di bawahnya layak ditafsirkan keinginannya untuk "mengguncang" Jawa Tengah demi perbaikan. Atau, mendobrak "status quo", terutama di linkungan birokrasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Poster, lukisan, atau foto di teras rumah dinas tersebut bagi Ganjar lebih dari sekadar ornamen pemercantik kediaman. Ornamen tersebut selaras dengan obsesinya melakukan perubahan.

Ganjar yang dalam kampanye Pilgub Jateng 2013 mengusung jargon "Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi" (Tidak Korupsi, Tidak Membohongi) melakukan sejumlah kebijakan yang menimbulkan guncangan.

Gebrakan awal, dia memilih Kijang Innova sebagai mobil dinas. Bagi dia, mobil tersebut lebih dari cukup untuk menunjang mobilitas di 35 kabupaten dan kota di Jateng.

Pada awalnya banyak orang menuduh sebagai politik pencitraan. Namun, dia menanggapi dengan realistis bahwa politik dan citra memang bagian tak terpisahkan. Lebih dari itu sebenarnya mobil dinas pejabat, menurut dia, memang tidak perlu mewah dan mahal. Yang penting fungsional.

Gebrakan selanjutnya dia sidak ke jembatan timbang, yang selama belasan tahun menjadi sarang pungli. Dia juga mengubah perekrutan pejabat melalui proses lelang, bukan berdasarkan urut kacang atau kedekatan dengan gubernur, wakil gubernur, atau sekda.

"Tentu ada yang protes, tapi saya hadapi," katanya ketika menerima awak redaksi Antara Jawa Tengah di Puri Gedeh, medio Januari 2016.

Ketika seorang PNS di lingkungan Pemprov Jateng menuduh ada permainan uang dalam proses lelang jabatan, Ganjar menantang, "Bila Anda bisa membuktikan, Anda langsung saya tunjuk untuk menduduki jabatan tersebut."

Pemberantasan pungli dan korupsi memang menjadi agenda ayah dari Muhammad Zinedine Alam Ganjar, buah pernikahannya dengan Siti Atikoh Suprianti. Pemprov Jateng tidak memberi dukungan kepada para pejabat di lingkungan pemprov yang menghadapi kasus korupsi di pengadilan, misalnya, memberi bantuan hukum.

Ganjar paham penghasilan PNS di lingkungan pemprov memang kecil setelah berbagai honorarium ditiadakan. Oleh karena itu, pemprov mengompensasinya dengan memberikan berbagai tunjangan kinerja sehingga gaji PNS kini tidak kalah dibandingkan dengan perusahaan swasta besar dan BUMN.

Ketika berhadapan dengan DPRD dalam pembahasan APBD, Ganjar pun berani bertarung demi memastikan dana tersebut memang dialokasikan demi kemaslahatan rakyat. "Saya tidak peduli dari partai mana, kalau memang tidak benar, akan saya lawan," kata politikus PDI Perjuangan itu.

Gebrakannya juga berimbas pada sebagian pekerja media setelah dia menghapus uang liputan yang sudah berjalan bertahun-tahun. Ganjar menggantinya dengan menggelar lomba jurnalistik berhadiah uang jutaan rupiah.

Sebagai politikus, dia mengaku biasa menghadapi konflik dan perlawanan seperti itu. "Yang penting apa yang saya perjuangan itu memang benar. Kalau ada yang menghalangi, akan saya tabrak," ujarnya.

Bagi pria kelahiran Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, 28 Oktober 1968, gubernur itu pelayan, sedangkan majikannya adalah rakyat. Olehk karena itu, kebijakannya hanya punya satu muara, yakni demi kepentingan rakyat.

Ganjar yang berduet dengan Heru Sudjatmoko setidaknya mencatat dua pencapaian, yakni transformasi birokrasi yang sudah dan terus berjalan dan peningkatan infrastruktur, terutama jalan.

Kedua sektor tersebut diyakini mampu menjadi fondasi penting dalam mempercepat pembangunan di provinsi ini.


Sembako

Sebagai gubernur, Ganjar wajib memahami urusan dapur. Oleh karena itu, belakangan ini dia juga rajin menyimak perkembangan harga sembako.

Padahal, pada zaman mahasiswa dulu, pria tinggi ramping ini sering mencibir Menteri Penerangan Harmoko ketika melaporkan harga-harga kebutuhan pokok. Dia menganggap apa yang disampaikan Harmoko tidak penting dan menggelikan.

"Harga cabai keriting...Kuwi opo (Itu apa)?" gugat Ganjar setiap melihat Harmoko membacakan perkembangan harga sembako melalui layar televisi.

Akan tetapi, setelah menjadi gubernur, dia menyadari betapa pentingnya pejabat mengetahui dari hari ke hari perkembangan harga sembako.

"Sekarang saya tahu harga cabai merah dan daging ayam sedang, tinggi. Saya punya kepentingan bagaimana caranya agar harga tetap terjangkau rakyat," katanya.

Sambil bercanda Ganjar berujar jika bertemu Harmoko akan minta maaf atas cibirannya itu.

Oleh Achmad Zaenal M
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016