Kalau saya lihat di rekamannya, Kato lebih banyak kelemahan di bagian perut. Tetapi itu pun tidak otomatis langsung saya gempur di situ
Jakarta (ANTARA News) - Petinju Indonesia Daud Yordan mengatakan bahwa dirinya telah menyadari sejumlah kelebihan dan kelemahan lawannya dalam pertandingan kelas ringan WBO "Road to The World Champions", Kato Yoshitaka.

Saat ditemui dalam sesi timbang badan di Balai Kartini Jakarta, Kamis siang, dia mengaku pengetahuan tersebut dia peroleh setelah menonton sejumlah rekaman video Kato saat bertanding.

"Kalau saya lihat di rekamannya, Kato lebih banyak kelemahan di bagian perut. Tetapi itu pun tidak otomatis langsung saya gempur di situ," ujar Daud.

Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk mengalahkan Kato melalui titik lemah tersebut maka ia akan berupaya memperlemah pertahanan dan stamina lawannya sembari mencari momen yang tepat untuk mengalahkan Kato.

Sedangkan pada sisi kelebihan, Daud mengaku akan mewaspadai serangan lurus dari Kato. Menurut dia, serangan lurus Kato sangat kuat dan akurat sehingga dinilai membahayakan.

"Saya harus berusaha meredam serangan itu supaya tidak terkena," tukas petinju kelahiran Sukadana Kalimantan Barat, 10 Juni 1987 itu menambahkan.

Petinju Sasana Kayong Utara Kalimantan Barat tersebut bakal mempertahankan gelar yang kedua kalinya menghadapi petinju Jepang tersebut di Balai Sarbini Jakarta, Jumat 5 Februari 2016.

Selama berkarier di dunia tinju, lawan yang pernah dihadapi Daud Yordan di antaranya berasal dari Uganda (Maxwell Awuku dalam pertarungan perebutan gelar di Surabaya), dari Filipina (Ronald Pontilas di Pontianak), Afrika Selatan (Sipho Taliwe di Australia), Argentina (Daniel Eduardo Bruzuela di Australia), dan Afrika Selatan (Simpiwe Vetyeka).

Kemudian, dari Mongolia (Choi Tseveenpurev di Singapura), Filipina (Lorenzo Villanueva di Singapura), Amerika Serikat (Frankie Archuleta di Australia), Indonesia (Chris John di Indonesia), Panama (Celestino Caballero di Amerika Serikat), dan lain sebagainya.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016