Dresden, Jerman (ANTARA News) - Anggota gerakan anti-Islam Jerman, PEGIDA, menggelar demonstrasi di beberapa kota di Eropa pada Sabtu (6/2) untuk memrotes kedatangan ratusan ribu migran dari Timur Tengah dan Afrika.

Gerakan yang nama panjangnya Patriotic Europeans Against the Islamisation of the West (Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat) itu berawal dari Kota Dresden di di bagian timur Jerman pada 2014.

Para pendukung mereka menyasar para pencari suaka untuk menyampaikan peringatan bahwa Jerman berisiko dikuasai oleh Muslim.

Setelah hampir gagal tahun lalu, gerakan itu kembali mendapatkan momentum di tengah makin dalamnya kegelisahan mengenai apakah Jerman bisa mengatasi 1,1 juta migran yang datang ke negara itu sepanjang 2015.

Tuduhan keterlibatan migran dalam penyerangan perempuan di Cologne pada Malam Tahun Baru juga memacu PEGIDA, yang menyebutnya sebagai bukti bahwa pendirian Kanselir Jerman Angela Merkel untuk menyambut para pengungsi bercacat.

"Kita harus berhasil menjaga dan mengendalikan batas eksternal Eropa sekaligus batas internalnya sekali lagi," kata anggota PEGIDA Siegfried Daebritz kepada kerumunan di pinggiran Sungai Elbe yang menyerukan "Merkel must go!" (Merkel harus pergi).

Polisi Dresden menolak memperkirakan jumlah pengunjuk rasa. Media Jerman menyebut jumlah pengunjuk rasa sekitar 8.000, kurang dari 15.000 yang mulanya diproyeksikan polisi.

Ratusan demonstran pengimbang juga berpawai di Dresden dengan moto "Solidaritas daripada pengucilan", membawa plakat-plakat bertulisan "No place for Nazis" (Tak ada tempat untuk Nazi).

Kelompok-kelompok kanan-jauh melihat krisis pengungsi Eropa sebagai peluang untuk menyiarkan pesan anti-imigran mereka.

Ada 208 unjuk rasa di Jerman selama kuartal terakhir 2015, naik dari hanya 95 unjuk rasa setahun sebelumnya, menurut data Kementerian Dalam Negeri.


Dari Calais sampai Praha

Para demonstran pada Sabtu juga berunjuk rasa di kota-kota lain Eropa seperti Amsterdam, Praha dan Birmingham di Inggris.

Di Calais, bagian utara Prancis, lebih dari selusin orang ditangkap selama aksi protes yang diikuti oleh seratus orang meski telah dilarang menurut otoritas.

Ribuan imigran yang meninggalkan perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah berkemah di Calais, berharap mendapat peluang untuk melakukan perjalanan pendek menyeberang ke Inggris.

Di Praha, sekitar 2.200 orang yang meliputi pendukung dan penentang PEGIDA menggelar serangkaian demonstrasi di sekitar ibu kota Ceko.

Polisi turun tangan dalam pawai ketika para pendukung migran diserang oleh sekitar 20 orang yang melemparkan botol dan bebatuan.
 
Selanjutnya sekitar 20 penyerang bertopeng melemparkan Molotov dalam satu serangan di sebuauh pusat yang mengumpulkan dana untuk para pengungsi, memaksa evakuasi dari gedung dan melukai satu orang menurut polisi.

Di Warsawa, ratusan orang melambaikan bendera Polandia dan meneriakkan "Inggris dan Prancis berlinang air mata, itu bagaimana akhir toleransi."

"Kita berdemonstrasi menentang Islamisasi Eropa, kita berdemonstrasi menentang imigrasi, melawan invasi," kata Robert Winnicki, pemimpin gerakan kanan-jauh Polandia Ruch Narodowy (Gerakan Nasional), kepada para pengunjuk rasa.

Republik Ceko, Slovakia, Hongaria dan Polandia sama-sama mengambil sikap tegas mengenai migrasi dan menolak menerima pengungsi dengan jumlah signifikan, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016