Damaskus (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Moallem memperingatkan Arab Saudi supaya tidak campur tangan secara militer di Suriah, mengatakan mereka yang memasuki tanah Suriah tanpa persetujuan pemerintah Suriah "akan kembali ke negara mereka dalam peti mati."

"Kami akan melawan setiap pelanggaran terhadap kedaulatan kami," kata diplomat senior Suriah itu saat berbicara dalam konferensi pers di ibu kota Suriah, Damaskus.

"Intervensi darat apapun di Suriah tanpa izin pemerintah Suriah adalah agresi yang mesti dilawan, yang akan menjadi tugas seluruh seluruh rakyat Suriah. Dan para penyerang akan pulang ke negara mereka di dalam kotak-kotak kayu," demikian peringatan Al-Moallem ketika ditanya mengenai laporan terkini yang menduga Arab Saudi siap mengirim tentara darat ke dalam wilayah Suriah.

Kepala diplomasi Suriah itu mengatakan, "Logika dan akal sehat mengesampingkan setiap skenario campur tangan, tapi meninjau kembali keputusan gila yang dibuat oleh Arab Saudi di daerah lain menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa dikesampingkan."

"Saya kira ada sesuatu yang sedang digodok di bawah pengawasan AS antara Turki dan Arab Saudi," katanya.

"Apakah orang Saudi atau Turki, semua yang melakukan praktek agresi di Suriah akan dikirim pulang di dalam peti mati kayu."

Ia mengatakan keinginan Arab Saudi memasuki Suriah muncul setelah kekecewaan mereka terhadap kekalahan yang dialami gerilyawan dukungan Arab Saudi di beberapa daerah penting Suriah belum lama ini.

"Setelah kemenangan militer Suriah dan sekutunya, orang yang bersekongkol melawan Suriah telah menjadi putus-asa dengan kegagalan antek mereka di lapangan, jadi mereka memutuskan masuk secara pribadi," kata Al-Moallem.

Jumat lalu (5/2), seorang juru bicara militer Arab Saudi mengatakan Kerajaan siap mengirim tentara darat untuk memerangi ISIS di Suriah jika koalisi pimpinan Amerika Serikat setuju.

Brigadir Jenderal Ahmed Asiri mengatakan kepada stasiun televisi Al-Arabiya, yang berpusat di Dubai, Uni Emirat Arab, negaranya akan menyampaikan komitmen untuk mengirim tentara darat ke kancah konflik tersebut untuk pertama kali jika mitra koalisi setuju pada pertemuan mendatang di Brussel.

Arab Saudi ambil bagian dalam serangan udara koalisi sejak Amerika Serikat memulai serangan udara terhadap kelompok ISIS pada September 2014.

Pemerintah Suriah menganggap setiap gerakan ke negerinya tanpa izinnya adalah agresi, utamanya karena Suriah melihat setiap campur tangan Arab Saudi ditujukan bukan untuk memerangi IS tapi memberi dukungan kepada gerilyawan yang melawan pemerintah di lapangan.

Mengenai pembicaraan Jenewa tentang krisis Suriah, Al-Moallem mengatakan pemerintahnya menolak setiap prasyarat menjelang pembicaraan, menyalahkan kelompok oposisi dukungan luar negeri atas kegagalan babak pertama pembicaraan yang dimulai pekan lalu dan kemudian ditunda sampai 25 Februari karena tak ada kemajuan.

Dia mengatakan para pendukung oposisi ingin menyerang proses politik karena mereka mengandalkan kemajuan di lapangan.

"Mereka datang karena ada tekanan agar mereka datang, bukan karena mereka ingin berunding," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Ia menambahkan "oposisi semacam itu bukan milik rakyat Suriah dan mereka tidak punya pengaruh untuk berunding.

Mereka pura-pura peduli tentang situasi kemanusiaan di Suriah tapi mereka tampaknya tidak menikmati membubarkan kepungan di Nubbol dan Zahraa, keduanya kota Syiah pro-pemerintah yang dikepung oleh gerilyawan di Aleppo selama tiga tahun lebih sebelum militer Suriah yang didukung penerus kelompok Hizbollah Lebanon membubarkan kepungan dalam beberapa hari terakhir.

Ia mengatakan delegasi Suriah yang pertama tiba di Jenewa, menambahkan bahwa pemerintah meminta daftar kelompok oposisi yang berencana ambil bagian dalam pembicaraan itu.

"Setelah akhir pembicaraan, yang bahkan belum mulai, PBB memberikan daftar kelompok oposisi," katanya, menekankan bahwa pemerintah siap kembali ke Jedewa untuk dialog Suriah-Suriah tanpa prasyaray, menambahkan bahwa "Suriah tidak akan menetapkan prasyarat apapun dan pada saat yang sama tidak akan menerima prasyarat apapun."

"Kita berkomitmen pada konsep dialog... dan rakyat Suriah satu-satunya yang bisa memutuskan masa depan negara mereka," katanya seperti diwartakan kantor berita Xinhua. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016