Jakarta (ANTARA News) - Alumni lulusan universitas-universitas di Sudan berkumpul di Kedutaan Besar Republik Sudan di Jakarta pada Minggu dan menyatakan tekad mereka membantu meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Sudan kepada Duta Besar Sudan untuk Indonesia Abd Alrahim Alsiddig.

Dubes Abd Alrahim mengatakan kepada Antara bahwa Sudan memberikan 200 beasiswa tahun lalu kepada mahasiswa Indonesia untuk belajar di jenjang pendidikan S2 dan S3.

"Kami telah lama menanti dan menyambut baik penyelenggaraan pertemuan ini," kata Dr Tulus Musthofa Lc MA, salah seorang tokoh alumni Sudan.

Menurut Tulus, cukup banyak mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia belajar di negara Afrika tersebut dan jumlahnya dari tahun ke tahun meningkat.

"Perhatian Sudan pada soal pendidikan luar biasa dengan membebaskan siswa dan mahasiswa bebas dari biaya pendidikan," katanya.

Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu memuji kebijakan Sudan yang memberikan beasiswa terutama kepada mahasiswa Indonesia.

"Kami juga mengusahakan penambahan beasiswa kepada mahasiswa Sudan untuk belajar di Indonesia dan meningkatkan jumlahnya pada tahun-tahun mendatang," kata Tulus.

Sejauh ini Indonesia memberikan sekitar 20 beasiswa kepada mahasiswa Sudan untuk belajar di jenjang S2 dan S3.

Mahasiswa Indonesia antara lain belajar bahasa Arab, tafsir Alquran dan syariah di universitas-universitas terkenal di Sudan.

Lebih 80 orang alumni yang datang dari berbagai daerah antara lain di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku Utara dan Sulawesi merumuskan apa yang mereka dapat berikan di bidang sosial-budaya, ekonomi dan politik, bukan untuk apa yang mereka peroleh kelak, dengan membentuk sebuah tim.

"Kami akan mempertimbangkan proposal yang akan para alumni sampaikan dan berharap jadi peta jalan untuk masa depan hubungan dan kerja sama dua negara bersahabat ini," kata Dubes Abd Alrahim.

Diharapkan, proposal dari asosiasi persahabatan Indonesia-Sudan tersebut komprehensif, inklusif dan kerja sama berkelanjutan.

"Sangat penting bagi kami untuk mendengarkan dan merima masukan-masukan dari para alumni sebagai upaya untuk mengaktifkan hubungan. Pertemuan ini merupakan alat untuk mengaktifkan," kata dia.

Lebih jauh Dubes Sudan itu mengatakan bahwa penambahan beasiswa merupakan wujud untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Sudan dan Indonesia yang telah lama terjalin.

Pada bagian lain para alumni mendukung pengumpulan tanda tangan hingga mencapai 100.000 sebagai petisi untuk mencabut embargo ekonomi Amerika Serikat atas Sudan di https://petitions.whitehouse.gov/petition/lift-sudan-sanctions-they-are-oppressing-poor-and-killing-innocent-people.

Menurut Dubes Abd Alrahim, sanksi-sanksi yang diberlakukan AS telah membuat rakyat biasa menderita dan pemerintahan Sudan berjalan normal.

"Sejauh ini AS telah mencabut sanksi yang diberlakukan sejak puluhan tahun lalu di sektor pertanian, lingkungan hidup dan informasi teknologi," kata dia.

Republik Sudan yang berpenduduk 35 juta jiwa merupakan negara kaya minyak dan emas yang berada di timur laut benua Afrika, dengan ibu kota Khartoum. Sungai Nil Putih (White Nile) dan Nil Biru (Blue Nile) bertemu di satu titik di kota itu. Sudan berbatasan dengan Afrika Tengah, Chad, dan Kongo di sebelah barat, Libya dan Mesir di sebelah utara, Sudan Selatan, Ethiopia, Eritrea, Kenya dan Uganda di sebelah selatan.

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016