Tentu kemiskinan dan masalah ekonomi membuat pada pemuda terjebak dengan aliran yang berbau radikalisme seperti diiming-imingi gaji puluhan juta, namun mesti menjadi bagian dari terorisme,"
Makassar (ANTARA News) - Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan menyebutkan penyebab terjadinya gerakan radikalisme salah satunya akibat kesejangan ekonomi dan kurangnnya pemahaman agama sehingga berani menjadi teroris.

"Tentu kemiskinan dan masalah ekonomi membuat pada pemuda terjebak dengan aliran yang berbau radikalisme seperti diiming-imingi gaji puluhan juta, namun mesti menjadi bagian dari terorisme," sebut Ketua LDII Sulsel Hidayat Nahwi Rasul di Makassar, Minggu.

Menurut dia, dalam pertemuan pemuda di Masjid Nurul Huda, Kelurahan Manuruki, Kota Makassar, selain masalah ekonomi juga kurangnya pengetahuan pemuda tentang ideologi kebangsaan didukung serta pemahaman ajaran agama yang kuat.

Selain itu ada tiga faktor kecenderungan pemuda ikut dalam ajaran terorisme. Pertama, kurang pengetahuan tentang ideologi kebangsaan. Hal ini membuat pemuda mudah dipengaruhi para pencari eksekutor dalam menjalankan aksinya menebar teror.

Kemudian kedua, kemungkinan kurang dan miskinnya pemahaman agama para pemuda sehingga doktrin atau ajaran secara radikal gampang di terima akal mereka namun tidak mempertimbangkan hati kecil apakah langkah itu benar atau salah.

Ketiga, lanjut Hidayat, adalah pelecut radikalisme atau ketidaktahuan pemuda tentang sejumlah hal penting disekitar mereka sehingga berani ikut bergabung, padahal ajaran tersebut membahayakan orang disekitarnya.

"Kita bisa lihat berdasarkan pengalaman, rata-rata pelakunya usia muda antara 20-30-an tahun. Sengaja merekrut dan memberikan pemahaman salah kepada pemuda, karena usia dan pengalaman termasuk pemahaman agama apalagi sudah miskin akan mudah dipengaruhi," tandasnya.

Hidayat menyarankan untuk mencegah radikalisme di kalangan generasi muda dengan cara terus melakukan sosialisasi agar memerangi ajaran sesat apalagi berbau radikalisme yang diajarkan para teroris dengan dalih berjihad.

"Penting juga memperkuat sisi ideoligi kebangsaan serta LDDI mendorong pemuda agar lebih profesional religius untuk minimalisir adanya pengikut-pengikut baru dalam menebar teror," tambahnya menyarankan.

Pada kesempatan iti hadir pula Ketua LDII Kota Makassar, Renreng Tjolli serta jajaran pengurus LDII Makassar. Pertemuan tersebut bertemakan Pengembangan SDM yang Profesional, Religius, Mandiri, dan Bermartabat dihadiri 630 peserta.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016