Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik menilai mantan Pangdam Jaya Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoedin mempunyai potensi menjadi bakal calon gubernur (cagub) DKI Jakarta yang akan mampu bersaing dengan bakal cagub petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilgub DKI 2017 mendatang.

"Meskipun belum disurvei Pak Sjafrie dinilai memiliki sejumlah keunggulan baik yang terkait dengan kapasitas dan kapabilitas, maupun keunggulan  personal figurnya seperti penampilan, wibawa dan bertutur kata atau gaya bicaranya," kata peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network), Toto Izul Fatah kepada pers di Jakarta, Senin.

"Pak Sjafrie itu punya daya tarik luar biasa yang jika dikapitalisasi secara massif  bisa menjadi magnet di segmen pemilih tertentu, khususnya pemilih perempuan. Lihat saja penampilannya yang cool, berwibawa, dan  tutur katanya yang santun dengan sikapnya yang tetap berkesan tegas," katanya.

Dalam pengamatan Toto, Sjafrie itu sebenarnya punya kekuatan personal figure yang punya potensi kuat untuk menjadi media darling. Sebab, suka atau tidak, berbicara tentang Pilkada baik Pilgub maupun Pilbup atau Pilwakot, para calon itu akan menghadapi prilaku mayoritas pemilih yang irrasional. Mereka memilih bukan atas dasar pertimbangan rasional, melainkan faktor emosional. Dari data survei LSI, hanya 20-an persen rata-rata nasional yang berkategori pemilih rasional.

"Jika Pak Sjafrie mau maju dan sudah mulai sering turun jumpa rakyat di bawah, pasti akan menemukan respon masyarakat yang berbeda dibanding dengan saat calon lain turun. Saya yakin setiap kali Pak Sjafrie turun, khususnya ibu-ibu akan mengerubutinya," jelasnya.

Menurut Toto, Ahok dengan elektabilitasnya yang masih tinggi, setidaknya sampai saat ini, tidak bisa dilawan dengan serangan (attacking). Makin diserang, Ahok akan semakin "moncer". Sebaliknya, yang menyerang Ahok akan semakin "terpuruk". 

Hal ini terjadi karena Ahok sudah terlanjur dipersepsi  publik sebagai sosok bersih, jujur dan tegas. Meskipun, masih harus diuji dalam satu tahun ke depan.

"Persepsi positif publik kepada Ahok itu akan sirna jika terjadi "blunder" politik karena karakternya yang terkesan emosional, sehingga mudah terpancing, atau karena terjadi "tsunami" politik seperti terlibat kasus hukum tertentu," demikian Toto Izul Fatah yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016