London (ANTARA News) - Pemilik klub Liverpool, Fenway Sports Group, Senin, akan mempertimbangkan sebuah tinjauan terkait kenaikan harga tiket pertandingan setelah sekitar 10 ribu penggemar meninggalkan laga saat menjamu Sunderland.

Fenway Sports Group (FSG) yang dipimpin John W. Henry menggelar rapat mendadak setelah protes pada Sabtu (6/2) dan Minggu (7/2) oleh para penggemar The Reds. Para penggemar itu bahkan mengancam akan lebih banyak meninggalkan pertandingan Liverpool saat menghadapai Chelsea dan Manchester City.

Protes para penggemar terjadi ketika Liverpool menjamu Sunderland di Anfield pada Sabtu. Para pendukung The Reds keluar dari stadion pada menit ke-77 saat kedudukan imbang 2-2.

Mereka memprotes harga tiket paling tinggi 77 poundsterling (sekitar Rp1,5 juta) untuk sebuah kursi dalam ketetapan harga baru barisan kursi utama Anfield. Harga tiket pertandingan Liga Premier sebesar 59 poundsterling (sekitar Rp1,15 juta).

Para penggemar itu berteriak "kau serakah, cukup sudah" saat ribuan orang berdiri dan berjalan dalam sikap yang mengejutkan pemilik FSG.

Rapat dewan FSG akan berlangsung selama pekan kedua Februari. Tapi, sebuah tinjauan akan mungkin terjadi meskipun manajemen Liverpool berkeras hati tentang dua per tiga dari harga tiket barisan kursi utama akan tetap atau turun.

Liverpool telah merasakan beban dari ketidakpuasan di antara penggemar Liga Inggris yang merasakan peningkatan stabil harga tiket.

Sementara Liga Premier mencetak kenaikan keuntungan setelah hak siar televisi tersekapati sebesar 5,14 miliar poundsterling untuk periode 2016 hingga 2019 atau naik 70 persen dari kesepakatan hak siar periode sebelumnya.

Jay McKenna, juru bicara untuk kelompok Spirit of Shankly, mengatakan protes Sabtu merupakan "sebuah indikasi bagus bahwa para penggemar sangat marah terkait harga tiket dan itu hanyalah awalan dari tindakan-tindakan lain," demikian AFP.

(Uu.I026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016