Denpasar (ANTARA News) - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, menyerukan agar pembuatan penjor (hiasan bambu) untuk Hari Raya Galungan menekankan aspek kesederhanaan sesuai maknanya.

"Hakikat penjor Galungan memperhatikan kelengkapan termasuk ada komoditas hasil pertanian sebagai lambang kemakmuran dan tempat suci (sanggah) untuk sembahyang, tidak perlu jor-joran," kata Sudiana, di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, penjor Galungan yang dipasanng di depan pintu masuk pekarangan rumah tangga keluarga masing-masing sangat berbeda dengan lomba penjor yang harus dibuat sebaik dan semeriah mungkin.

"Penjor Galungan yang dibuat masing-masing keluarga tidak perlu mahal dan jor-joran," katanya.

Ia menambahkan, masyarakat yang tinggal dalam satu gang bisa urunan membeli satu penjor untuk dipasang di depan gang.

Masing-masing keluarga membuat penjor yang dipancangkan di depan rumah, sehingga pada hari raya Galungan tampak Penjor berjejer di sepanjang jalan di seluruh pelosok Pulau Dewata.

Penjor tidak hanya dibuat saat hari raya Galungan, namun juga pada hari-hari tertentu berkaitan dengan piodalan (hari suci) di pura atau tempat-tempat suci lainnya.

Penjor bambu yang dihias dan dilengkapi sanggah penjor (tempat sesajen) itu simbol penghormatan dan perwujudan Naga Basuki, Naga Anantabhoga, dan Naga Taksaka, yang terus menerus menjaga kesempurnaan siklus air di jagat raya.

Dengan persembahan sesajen, para naga yang sesungguhnya perwujudan para dewata itu, akan terus menjaga harmoni siklus air, sehingga tetap terjaminnya kemakmuran semua mahluk di jagat raya.

Jika diperhatikan, bentuk penjor itu memang mirip wujud naga, ekornya menjulang tinggi ke langit dan mulutnya menganga mengunyah makanan. 

Dengan terjaga siklus mata air, semua umat manusia berhasil menancapkan "penjor" dalam diri, maka semua mahluk di alam semesta ini akan berlimpah makanan, hidup makmur murah pangan, sandang, dan papan, ujar Ngurah Sudiana.

Aneka jenis hiasan penjor yang dibuat dari bahan baku lontar atau janur yang secara khusus didatangkan dari Sulawesi dipajangkan untuk dijual berjejer di sepanjang jalan Desa Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

Desa yang berlokasi di tempat strategis di Jalur Denpasar-Tabanan-Gilimanuk (Bali barat) maupun ke jalur Kabupaten Buleleng (Bali utara) sebagian besar warganya menjual hiasan penjor untuk kelengkapan menyambut Hari Raya Galungan.

Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016