Yogyakarta (ANTARA News) - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X mengatakan pemindahan patung Sri Sultan HB IX dari kompleks perumahan warga ke Bangsal Kasatriyan sesuai dengan pesan mendiang ayahnya tersebut sebelum wafat.

Patung Sri Sultan HB IX yang selama puluhan tahun berada di pekarangan rumah warga di Jalan Batikan No.665, Kelurahan Wirogunan, Yogyakarta, dan dalam kondisi kurang terawat, pada Senin (8/2) sore dipindahkan ke dalam kompleks Keraton di Bangsal Kasatriyan.

"Beliau ingin dipasang di sana (Kompleks Bangsal Kasatriyan), di tempat yang sudah ditentukan sendiri," kata Sultan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Selasa.

Menurut Sultan, sebelum wafat Sri Sultan HB IX pernah berpesan agar dirinya mencarikan patung hasil pahatan pematung Roestam Aji yang tersender di bagian bawah kompleks bangunan bekas Koramil Pakualaman, Yogyakarta. Tapi patung itu tidak ditemukan, karena patung telah dipindahkan tanpa sepengetahuannya.

"Saya tidak tahu kalau itu dipindahkan di belakang, akhirnya tidak saya cari lagi, lupa," kata dia.

Setelah itu, menurut Sultan, sekitar enam bulan terakhir dirinya baru teringat kembali pesan dari ayahandanya tersebut. Setelah mengetahui patung itu dipindahkan di pinggir Jalan Batikan di pekarangan rumah milik Widyo Winoto di Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergansan, Kota Yogyakarta, Sultan lalu mengajukan permohonan kepada keluarga Widyo Winoto.

"Ternyata dizinkan, ya sudah," kata Sultan.

Saat ini, patung setengah badan Sultan HB IX telah terpasang menghadap ke Barat di Kompleks Bangsal Kasatriyan, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebelum diresmikan pada Selasa (9/2) pagi, malam harinya dilakukan ritual khusus oleh para abdi dalem keraton.

Salah satu anggota Dewan Kebudayaan DIY, Sumaryono mengatakan patung Sri Sultan HB IX sebelumnya memang telah menjadi pembicaraan di kalangan seniman Yogyakarta. Patung sosok pahlawan nasional itu, menurut dia memang tidak layak hanya terbengkalai di pinggir jalan di pekarangan rumah warga.

Patung tersebut, kata Sumaryono, merupakan patung karya seniman yang tergabung dalam Komunitas Sanggar Pelukis Rakyat di Jalan Batikan Nomor 666 yang diantaranya terdiri atas Affandi, Roestam Adji, serta Edi Satoto. Mereka saat itu ditantang oleh Kabinet pertama RI untuk membuat patung para pahlawan, sehingga ada yang membuat patung RA Kartini, patung Jenderal Sudirman, sementara Roestam Adji membuat patung HB IX.

"Patung itu tidak langsung jadi, proses pembuatannya mulai 1951-1953," kata dia.

Namun demikian, setelah Roestam Adji mendengar bahwa HB IX tidak berkenan sosoknya dipatungkan serta tidak berkenan namanya dibuat sebagai nama jalan, maka proses penempatan patung tersebut tidak dilanjutkan. "Kemudian tergeletak begitu saja," kata dia.

Hingga akhirnya, beberapa kesempatan terakhir Sumaryono tetap mencoba mengomunikasikannya kepada Sultan HB X agar patung tersebut dapat dipindahkan ditempat yang layak. "Kebetulan enam bulan lalu beliau (Sultan HB X) memang mendapatkan "wisik" (isyarat) mengenai patung itu," kata dia.

Sementara itu, Sasongko, putera kedua almarhum Roestam Adji mengaku bangga dengan karya ayahnya tersebut. Dengan pemindahan itu, diharapkan akan lebih banyak masyarakat yang melihat.

"Bersyukur, senang, dan bangga," kata Sasongko yang hadir bersama Ny. Ratnasuri (84), istri Roestam Adji seusai menghadiri peresmian patung itu di Bangsal Kasatriyan.

Menurut Sasongko, selain membuat patung HB IX, ayahnya juga telah terlibat dalam pembuatan patung monumental lainnya, seperti patung Airlangga pesanan Presiden Soekarno yang terpasang di Hotel Indonesia, Jakarta, serta terlibat pembuatan Tugu Muda di Semarang, Jawa Tengah.

"Almarhum kebetulan lebih banyak melukis daripada membuat patung," kata Sasongko.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016