Volatile food ini menjadi kunci dalam upaya kita mencapai inflasi mengarah ke 3,5 persen plus minus satu persen di 2018. Ini penting untuk jadi fokus TPI (tim pengendali inflasi) baik di pusat maupun daerah,"
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Juda Agung menilai pengendalian harga bahan pangan (volatile food) merupakan kunci untuk menjaga inflasi stabil dan sesuai yang ditargetkan.

Bank sentral sendiri menargetkan pada tahun ini dan tahun depan inflasi mencapai 3-5 persen, sementara untuk 2018 target inflasi mencapai 2,5-4,5 persen.

"Volatile food ini menjadi kunci dalam upaya kita mencapai inflasi mengarah ke 3,5 persen plus minus satu persen di 2018. Ini penting untuk jadi fokus TPI (tim pengendali inflasi) baik di pusat maupun daerah," ujar Juda saat media briefing di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa.

Juda menuturkan, dari sisi inflasi inti (core inflation), perkembangannya dalam sepuluh tahun terakhir mengarah ke angka 4 persen. Saat ini yang menjadi faktor penggerak gejolak harga yakni harga yang ditetapkan pemerintah (administered price) dan bahan pangan (volatile food).

"Administered prices sudah di-reform oleh pemerintah, faktor tekanan dari ini sudah mulai berkurang. Nah, volatile food ini kuncinya," kata Juda.

Menurut Juda, kontribusi volatile food sepanjang tahun lalu mencapai 4,2 persen dan angka tersebut dinilai sudah cukup bagus. Inflasi sepanjang tahun lalu secara keseluruhan mencapai 3,35 persen.

Bank Indonesia dan Pemerintah sendiri berencana menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) untuk membahas permasalahan logistik dan kedaulatan pangan nasional pada Jumat, 12 Februari 2016 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pembahasan diharapkan menghasilkan komitmen dan langkah-langkah yang dapat memberi solusi bagi permasalahan daya dukung logistik yang belum memadai dan kapasitas produksi pangan yang terbatas, baik di NTT maupun tingkat nasional.

"Beda dengan dulu, sekarang inflasi bukan hanya urusan BI saja. Pemda-pemda sudah sangat aware (peduli) dengan inflasi," ujar Juda.

Terkait dengan inflasi Februari, lanjut Juda, berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) oleh BI, hingga minggu pertama masih mengalami deflasi.

"Seminggu minus 0,14 persen. Lebih banyak didorong volatile food yang sudah mulai turun," kata Juda.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016