Riyadh (ANTARA News) - Sebuah peluru kendali Patriot berhasil menjatuhkan satu rudal Scud yang ditembakkan dari ibu kota Yaman ke bagian selatan Arab Saudi pada Selasa, demikian koalisi pimpinan Saudi mengatakan kepada AFP, hari setelah serangan Scud lainnya.

Dalam insiden paling akhir itu, puing-puing dari rudal Scud yang hancur jatuh di Provinsi Jazan, Arab Saudi, yang berbatasan dengan Yaman. Juru bicara pasukan koalisi Brigadie General Ahmed al-Assiri mengatakan kepada AFP bahwa insiden itu tidak menyebabkan tentara atau warga sipil luka-luka.

Menurut dia, para pemberontak menembakkan rudal dari dalam wilayah Sanaa, ibu kota Yaman, yang terletak sekitar 200 kilomtere dari Jazan -- yang mereka kuasai pada akhir 2014.

Pihak Saudi telah mengerahkan rudal Patriot yang dirancang untuk menghadapi misil balistik taktis, yang telah ditembakkan sejak Maret ketika pasukan koalisi pimpinan Saudi memulai serangan-serangan udara untuk mendukung pemerintah Yaman setelah pemberontak sekutu Iran itu menguasai banyak wilayah Yaman yang bertetangga dengan Saudi.

Pada April tahun lalu Kementerian Pertahanan Arab Saudi menyatakan serangan-serangan koalisi telah menepis ancaman-ancaman terhadap keamanan kerajaan itu "dengan menghancurkan peralatan militer berat dan rudal balistik" yang dikuasai oleh pemberontak Yaman.

Sejak intervensi koalisi itu sekitar 90 warga sipil dan tentara tewas akibat serangan-serangan terhadap kawasan-kawasan perbatasan di bagian selatan Arab Saudi.

Dengan pasukan anti Houthi dukungan koalisi berada 30 hingga 40 kilomter dari Sanaa, para pemberontak itu melakukan pembalasan, kata Assiri.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih 6.100 orang di Yaman telah terbunuh dalam konflik sejak Maret, setengahnya adalah warga sipil.

Pada Senin koalisi itu mengatakan pertahanan udara mencegat sebuah misil Scud yang ditembakkan di Khamis Mushait, sebuah kota dekat dengan pangkalan udara Raja Khalid yang berada di bagian terdepan operasi-operasi udara pimpinan Saudi terhadap pemberontak Houthi dan para sekutunya, tentara elit yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.

Situasi di Aden

Dari Kairo dan Dubai, kantor berita Reuters melaporkan penguasaan kembali Aden oleh tentara koalisi Arab Teluk pada musim panas lalu gagal memberi ketenangan dari perang saudara di Yaman, dengan warga menghadapi gelombang serangan bom dan senjata yang melumpuhkan usaha-usaha menstabilkan kota itu.

Tujuh bulan setelah para pemberontak dari milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran didesak keluar kota pelabuhan yang strategis itu, hampir tiap hari terjadi pembunuhan hakim, perwira keamanan dan kepolisian.

Sejak Juli koalisi Teluk dan pasukan keamanan setempat telah berjuang memberlakukan ketertiban di Aden, membuka jalan bagi kelompok-kelompok bersenjata Negara Islam, Alqaida dan lain-lain beroperasi di sana.

Tantangan-tantangan di Aden menunjukkan bagaimana kesulitan untuk memulihkan ketertiban di sebuah negara yang dilanda konflik berbulan-bulan. Lebih 6.000 orang tewas akibat konflik itu dan para militan telah mengeksploitasi kelemahan di bidang keamanan.

Di distrik Mansoura, Aden, para anggota Alqaida telah bentrok di jalan-jalan dengan pasukan keamanan lokal. Empat tentara Yaman dan tiga warga sipil terbunuh dalam bentrokan-bentrokan sengit Senin malam antara pasukan keamanan dan para militan tersebut di Mansoura lama, kata seorang pejabat lokal pada Selasa.

(M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016