Bogor (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian menganggap kereta api merupakan tulang punggung transportasi massal masa depan di Indonesia, yang diharapkan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi.

Demikian disampaikan Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan melalui siaran pers diterima di Bogor, Rabu.

"Oleh karena itu, industri kereta api menjadi sektor proritas sebagaimana diamanatkan dalam Perpres Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035," kata Putu.

Putu menyampaikan, kereta api menjadi salah satu fokus utama pemerintahan saat ini yang tertuang dalam Nawa Cita.

Dibangunnya infrastruktur seperti rel ganda di Jawa, trans Sumatera, trans Sulawesi, trans Kalimantan bahkan untuk trans Papua yang sedang dikaji kelayakannya oleh Kementerian Perhubungan menjadi upaya-upaya yang tengah diwujudkan.

Di samping itu juga sedang dikembangkan Kereta Rel Listrik (KRL), Light Rapid Transit (LRT), dan Mass Rapid Transit (MRT) di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

“Serta tidak kalah pentingnya adalah pengembangan kereta cepat yang akhir-akhir ini sangat intens dibicarakan,” ujarnya.

Dengan kebutuhan pengembangan kereta api yang cukup besar itu, lanjut Putu, industri penunjang perkereta apian menjadi prioritas dan strategis untuk segera dikembangkan sehingga keterlibatan industri lokal dapat dipacu maksimal. Terlebih lagi, bisnis perkereta apian di Indonesia masih relatif baru berkembang dan belum ada ketergantuan terhadap prinsipal.

Menurut Putu, dengan posisi tersebut, maka penanganannya harus secara khusus agar Indonesia mendapatkan nilai tambah yang maksimal.

Instansi pemerintah seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian BUMN dipandang perlu membuat program bersama dalam penanganan ini.

"Dengan kata lain, visi bersama dari semua stakeholder diperlukan untuk menangani sektorperkeretaapian di Indonesia," tutup Putu.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016