Bojonegoro (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan kerugian akibat banjir Bengawan Solo dan bandang yang melanda 47 desa di 13 kecamatan dalam empat hari terakhir mencapai Rp837 juta.

"Kerugian terbesar karena adanya tanaman padi seluas 1.371 hektare yang siap panen terendam air banjir," kata Sekretaris BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia di Bojonegoro, Kamis.

Selain itu, lanjut dia, kerugian lainnya yang cukup besar, antara lain adanya sejumlah rumah roboh, rusak berat, sedang dan ringan, di Kecamatan Temayang, Kedewan dan Kasiman, karena banjir bandang.

"Sementara meluapnya Bengawan Solo tidak mengakibatkan rumah roboh, atau rusak," jelasnya.

Dari data yang dihimpun BPBD bahwa banjir luapan Bengawan Solo melanda 40 desa yang tersebar di 10 kecamatan, antara lain, Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Dander, Malo, Kota, Balen, Kanor dan Baureno.

Banjir merendam tanaman padi seluas 1.361 hektare, palawija 175 hektare dan warga terdampak sebanyak 479 kepala keluarga (KK).

Selain itu, banjir bandang melanda tujuh desa di Kecamatan Malo, Kedewan dan Temayang, yang juga merusak tanaman padi seluas 10 hektare, sejumlah rumah roboh, juga rusak berat, sedang dan ringan.

Ditanya mengenai langkah yang diambil pemerintah kabupaten (pemkab), ia mengatakan, bagi rumah warga yang roboh dan rusak akibat banjir akan memperoleh santunan.

"Besarnya santunan untuk rumah roboh Rp5 juta per KK. Kalau masalah penanganan petani yang mengalami kerugian akibat banjir tanyakan langsung ke dinas pertanian," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, yang dihubungi melalui teleponnya lima kali, dalam hari yang berbeda, tidak diangkat, meskipun terdengar nada panggil.

Kepala Desa Kalisari, Kecamatan Baureno, Bojonegoro Khoiruddin, menjelaskan banjir luapan Bengawan Solo, yang merendam tanaman padi sekitar 25 hektare di desanya, sekarang ini, sudah mulai surut.

"Tanaman padi yang ditenggelamkan air selama empat hari, sekarang pucuknya sudah kelihatan," jelasnya.

Menurut dia, petani di desanya tetap akan memanen tanaman padi yang terendam air banjir, setelah banjir benar-benar surut, meskipun gabahnya rusak.

"Tanaman padi akan dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri petani," ucapnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016