Jakarta (ANTARA News) - Namanya mulai dikenal lewat video "How to Act Indonesian", video berseri tentang potret kebiasaan orang Indonesia yang diperankan sendiri oleh Sacha Stevenson.

Menonton serial karya perempuan  seperti menertawakan diri sendiri, mengingatkan kita pada kekonyolan, kebaikan, dan keramahan sebagian orang Indonesia. Berikut  bincang-bincang dengan bule asal Kanada kelahiran 21 Januari 1982 itu :

Bagaimana bisa  fasih dengan bahasa sehari-hari orang Indonesia?
Pertama datang ke Indonesia tahun 2001 sebagai guru bahasa Inggris. Karena saya ingin belajar bahasa Indonesia, saya buat aturan sendiri untuk enggak nongkrong sama teman-teman. Kalau sama bule ngobrolnya pasti pakai bahasa Inggris, sama orang Indonesia yang kantoran juga gitu. Makanya saya nongkrong sama satpam, ibu warung,  dan rata-rata mereka enggak bisa bahasa Inggris.

Bagaimana awal ceritanya buat video di YouTube?
Saya dari dulu sudah hobi akting, saya suka seni. Saya sudah capek jadi guru bahasa Inggris, terus kepikiran mau jadi aktor karena saya pikir pekerjaan orang asing di Indonesia masih terbatas. Tahun 2007 saya ambil kursus akting di Eka Sitorus Studio selama enam bulan, saya mulai masuk ke komunitas akting. Saya pikir peran untuk orang bule kan tidak mungkin dimainkan sama orang Indonesia, jadi mungkin saya bisa jadi aktor di sini.

Lalu langsung terpikir mengangkat kebiasaan orang Indonesia?
Iya, saya serius mengerjakannya. Waktu itu saya sudah pengangguran, daripada saya ngupil ya sudah saya buat video sendirian. Saya buat tentang kelakuan orang Indonesia.
Awalnya saya buat tiga video, lalu saya tunggu responnya, ternyata laku, banyak yang noton, tweet, dan komentar. Lalu saya buat serial, saya ikuti caranya artis YouTube yang sudah terkenal seperti Jenna Marbles dan lainnya.
Saya lihat mereka konsisten upload video setiap minggu, model videonya komedi, lalu saya ikuti formatnya seperti itu. Ternyata kalau kita buat sesuatu yang konsisten, orang-orang akan ikuti kelanjutannya, jadi mereka akan subscribe channel youtube kita.

Ada video yang paling berkesan?
Video yang jadi favorit saya justru tidak terlalu populer, saya lupa judulnya. It was about be the hardcore type of Islamic group, apa yang suka mereka ucapkan untuk yang haram  dan yang boleh dilakukan. Saya dandan seperti orang arab dan berjenggot. I love that video, it was in English.

Ada yang bilang anda kadang lebih Indonesia dari orang Indonesia, komentarnya?
Kalau dibandingkan sama suami saya, Angga, memang saya rasanya lebih Indonesia daripada dia. Padahal dia orang Indonesia, lahir dan besar di Indonesia tetapi dia lebih bule daripada saya.
Dia suka bilang ingin pindah ke Kanada, nyaman di sana, sementara saya bosan, saya haus akan keberantakan.
Saya suka jalan dan lihat kaki lima. Di Kanada kaki lima tidak boleh. Saya suka jalan lihat durian di pinggir jalan, liat warna warni buah, saya suka warkop, lihat orang duduk-duduk ngopi lalu kaki satu diangkat ke bangku, kadang-kadang mereka minum di piring. Saya senang lihatnya. Mungkin karena ini sesuatu yang asing buat saya. Tetapi kalau sekarang sih sudah biasa.

Ada perubahan gaya atau tidak sejak mulai aktif membuat video?
Tidak sih, mungkin kalau mood lagi positif ya videonya positif, kalau negatif ya videonyal negatif. Lebih bagus kalau mood lagi positif tapi namanya juga manusia sometimes got li'l bit cranky.

Apa rencana anda ke depan, semakin serius di film?

Beberapa kali memang pernah main film, kalau di film harus ikuti kemauan mereka, kata-kata yang dikeluarkan juga bukan dari otak kita tapi dari pembuat film. Jadi masih lebih pilih buat video sendiri.

Apa saran untuk yang ingin menjadi bintang YouTube?
Sebelumnya saya gagal terus gagal terus. Kalau bisa jangan lama-lama gagalnya seperti saya sampai beberapa tahun. Tidak apa-apa sambil belajar sekali tiap gagal lalu analisa kenapa gagal, mungkin kurang ada value-nya, mungkin kurang promosi, itu proses belajar. Jangan lupa minta sama orang yang nonton untuk subscribe video biar nonton terus. You need youtube subscribers, makanya harus bikin video teratur dan konsisten.
Sampai sekarang saya juga masih terus lakukan eksperimen, lakukan apa yang mau kamu buat tetapi harus ada value-nya. Harus rajin buat video terus tetapi yang simpel saja. Untuk dua tahun pertama, saran saya harus disiplin. You have to establish yourself first.

Ada pengalaman berkesan bersama penggemar anda?
Waktu itu saya bawa suami ke Kanada ketemu sama keluarga saya. Saat kami sedang di Monumen Nasional di sana, ibu saya bilang ada bau rokok lalu dia tebak pasti ada orang Indonesia. Ternyata benar, ada satu rombongan orang Indonesia.
Ibu saya bersemangat sekali dan bilang ke mereka kalau saya tinggal di Indonesia. Ternyata di bus rombongan itu ada yang tahu saya dan nonton video saya lalu mereka minta foto. Wah, ibu saya bangga sekali, dia jadi tahu kalau saya tidak bohong.(***)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016