Washington (ANTARA News) - Hasil riset yang menunjukkan spesies manusia kawin dengan Neanderthal sekitar 100.000 tahun lalu memberikan bukti menarik bahwa Homo sapiens berkelana keluar Afrika jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Pada ilmuwan pada Rabu (17/2) mengatakan bahwa analisis genom perempuan Neanderthal yang sisa jasadnya ditemukan di satu gua di Pegunungan Altai di bagian selatan Siberia dekat perbatasan Rusia-Mongolia mendeteksi residu DNA Homo sapiens, satu tanda perkawinan inter-spesies.

Riset sebelumnya menunjukkan bahwa Homo sapiens dan sepupu dekat kita Neanderthal melakukan perkawinan sekitar 50.000 sampai 60.000 tahun lalu, kata ahli genetika Sergi Castellano dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman.

Hasil studi baru yang dipublikasikan di jurnal Nature menunjukkan kawin silang tambahan juga terjadi puluhan ribu tahun sebelumnya.

Spesies manusia muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu dan kemudian bermigrasi ke bagian lain dunia.

Ahli genetika Martin Kuhlwilm dari Universitat Pompeu Fabra di Spanyol, yang terlibat dalam studi di Max Planck Institute, mengatakan skenario yang sangat mungkin untuk menjelaskan DNA Homo sapiens dalam genom perempuan Neanderthal adalah bahwa satu populasi kecil spesies kita berjalan kaki keluar Afrika dan bertemu Neanderthalsin Timur Tengah, dan kawin silang terjadi di sana.

Perjalanan itu tampaknya merupakan apa yang disebut para peneliti sebagai penyebaran yang gagal dari Afrika, dengan tidak adanya keturunan yang melanjutkan menjajah Eropa, Asia dan titik-titik di luar itu.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Sepertinya populasi ini menjadi punah, entah karena perubahan lingkungan atau mungkin persaingan langsung dengan Neanderthal," kata Kuhlwilm seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Ini sepertinya terjadi selama migrasi keluar Afrika yang jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Itu mengindikasikan bahwa manusia modern meninggalkan Afrika dalam beberapa gelombang, sebagian di antaranya mungkin punah."

Neanderthal yang kuat dan beralis besar makmur di seluruh Eropa dan Asia dari sekitar 350.000 tahun lalu sampai tak lama setelah 40.000 tahun lalu, menghilang dalam periode setelah spesies kita menetap di wilayah itu.

Terlepas dari reputasi usang sebagai sepupu yang bodoh, para ilmuwan menyebut Neanderthal sangat cerdas dengan metode berburu yang rumit dan tampaknya menggunakan bahasa, objek-objek simbolik serta penggunaan api canggih.

Perkawinan silang Neanderthal dengan Homo sapiens berpengaruh kekal pada genetik manusia.

Satu studi yang dipublikasikan pekan lalu di jurnal Science mengungkap hubungan antara residu DNA Neanderthal dalam genom manusia dan sifat-sifat orang seperti depresi, kecanduan nikotin, penggumpalan darah dan sakit kulit.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016