Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama menaruh tanggung jawab atas penjagaan gencatan senjata di Suriah ke pemerintah beserta sekutu Rusia-nya pada Kamis (25/2), memperingatkan Moskow dan Damaskus bahwa "dunia akan mengawasi".

Beberapa jam sebelum gencatan senjata itu diberlakukan pada Sabtu, Obama berkumpul dengan penasihat tinggi keamanan nasionalnya untuk merencanakan jalan kedepan dan membahas upaya melawan ISIS.

"Semua orang tahu apa yang harus terjadi," kata Obama, menyambut gencatan senjata sebagian dari perang yang melanda Suriah selama lima tahun, menewaskan 270.000 orang dan menyebabkan lebih dari setengah penduduknya kehilangan tempat tinggal.

"Semua pihak yang menjadi bagian dari gencatan itu harus menghentikan serangan, termasuk pengeboman dari udara. Bantuan kemanusiaan harus diizinkan mencapai wilayah terkepung," tambahnya.

"Banyak yang bergantung kepada apakah rezim Suriah, Rusia, beserta para sekutunya dapat menjalankan komitmen mereka," dia mengatakan dalam sambutannya di Departemen Luar Negeri.
Obama menambahkan bahwa hari-hari kedepannya akan sangat penting dan bahwa "seluruh dunia akan mengawasi."


Banyak kalangan dalam pemerintahan Obama, juga para pengamat independen, menyampaikan keraguan mereka bahwa gencatan senjata sebagiandapat benar-benar dilakukan.

Obama mengatakan bahwa dia tidak sedang berada dalam ilusi tentang adanya potensi perangkap, namun mengatakan bahwa gencatan senjata itu bisa menjadi sebuah "langkah potensial untuk mengakhiri kekacauan" di negara tersebut.

Bashar al Assad telah menghabiskan setengah dasawarsa mencoba menekan pemberontakan bersenjata, yang belakangan mendapat bantuan serangan udara Rusia dan pasukan darat dari Iran.

Sementara itu, pemberontak terpecah menjadi kelompok-kelompok keagamaan, regional dan etnis yang seluruhnya siap berperang.

Obama mengulang pernyataannya bahwa gencatan senjata itu tidak akan berlaku bagi kelompok bersenjata ISIS dan mengakui bahwa kelompok-kelompok lainnya, termasuk mereka yang berhubungan dengan Al Qaeda, diperkirakan akan terus melanjutkan pertempuran.

"Bahkan dalam keadan yang terbaik, kami tidak memperkirakan kekerasan akan cepat berakhir," Obama mengatakan.

"Kenyataannya, saya rasa kami yakin bahwa akan terus terjadi pertempuran, bukan hanya karena kelompok ISIL, namun organisasi-organisasi seperti Al Nusra yang bukan merupakan bagian dari negosiasi dan memusuhi Amerika Serikat, mereka akan terus bertempur," tambahnya.

Obama juga mengulang kembali pandangannya bahwa Assad harus turun dari jabatannya jika mereka menginginkan perdamaian yang bertahan lama.

Pesan itu adalah yang sejauh ini diabaikan Rusia dan Iran.

"Ini akan menjadi ujian apakah para pihak itu benar-benar berkomitmen pada perundingan," Obama mengatakan.

"Sudah jelas bahwa setelah bertahun-tahun perang biadab melawan rakyatnya sendiri, termasuk penyiksaan, penggunaan bom barel, pengepungan dan kelaparan, banyak warga Suriah tidak akan berhenti bertempur hingga Assad turun dari kekuasaan," katanya.


Penjahat

Obama juga berusaha menunjukkan bahwa koalisi pimpinan Amerika Serikat memenangi perang melawan kelompok bersenjata ISIS.

Dia mengutip sejumlah pengambilan kembali wilayah di sekitar Shadadi di Suriah, melambatnya kedatangan pasukan asing dan kegiatan yang menyasar pendanaan ISIS.

"Mereka terus menghimpit kubu ISIL di Raqqa, memotong jalan raya dan jalur persediaan," kata Obama.

Obama juga mengatakan bahwa Raqqa bukanlah ibu kota kepemimpinan agama yang membesar, wilayah itu terus di bawah tekanan saat wilayah kekuasaan kelmpok IS mengecil.

"Raqqa bukan ibu kota kekhalifahan yang tumbuh; itu makin di bawah tekanan yang meningkat karena wilayah ISIL menyusut," katanya.

"Makin banyak orang menyadari bahwa ISIL bukan kekhalifahan, ini lingkaran kejahatan," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.(Uu.Ian/KR/MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016