Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan keberadaan titik panas Riau melonjak tajam mencapai 27 titik pada Sabtu.

"Berdasarkan pencitraan satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB terpantau sebanyak 27 titik panas di empat kabupaten di Riau," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, di Pekanbaru, Sabtu.

Ia mengatakan secara keseluruhan peningkatan titik panas secara drastis tidak hanya terjadi di Riau, namun juga di Sumatera. Menurut Sugarin, dibandingkan data pencitraan satelit pada Sabtu pagi tadi, titik panas di Riau hanya terpantau sebanyak 23 titik di provinsi.

Namun menjelang sore, keberadaan titik panas terus meningkat mencapai 58 titik yang terpantau di lima provinsi yakni Aceh enam titik, Sumatera Barat lima titik, Sumatera Utara 10 titik dan Kepulauan Riau satu titik.

Konsentrasi titik panas masih terpusat di Riau dengan 27 titik yang menyebar di empat kabupaten. Menurut Sugarin, Kabupaten Bengkalis merupakan wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak yakni 18 titik. Sementara di Pelalawan lima titik, Siak tiga titik dan Indragiri Hilir satu titik.

Lebih lanjut, Sugarin menjelaskan bahwa dari 27 titik panas yang terpantau di Riau, 24 diantaranya dipastikan sebagai titik api atau mengindikasikan adanya kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.

"Titik api terpantau di Bengkalis dengan 17 titik, Pelalawan empat titik dan Siak tiga titik," jelasnya.

Meski titik panas Riau terus meningkat, Sugarin menjelaskan, jarak pandang di wilayah tersebut masih dalam keadaan normal. Di Pekanbaru dan Pelalawan jarak pandang terpantau sembilan Kilometer, sementara Rengat dan Dumai delapan kilometer.

Sugarin menjelaskan bahwa keberadaan titik panas berpotensi meningkat di provinsi tersebut, terutama pada wilayah yang berada di pesisir atau selata Riau. Pesisir Riau cenderung memasuki musim kemarau lebih cepat dibandingkan dengan wilayah utara.

Pewarta: Fazar Muhardi dan Anggi Romadhoni
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016