Jakarta (ANTARA News) - Ketika menulis novel pertama Supernova 15 tahun silam, Dewi "Dee" Lestari memilih untuk menerbitkan sendiri ketimbang memberikan karyanya pada penerbit besar. 

Rupanya ini didasari keinginan Dee untuk menerbitkan karyanya tepat pada ulang tahunnya yang jatuh pada 20 Januari. 

"Saya ingin menghadiahi diri sendiri, hadiah dari Dee 25 tahun untuk Dee 9 tahun" kata Dee dalam "15 Tahun Supernova: Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi" di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu.

"Motivasinya memang sangat naif," imbuh salah satu anggota trio Rida Sita Dewi yang dikenal pada 90-an. 

Ketika berusia sembilan tahun, Dee punya impian bisa melihat buku karyanya dipajang di toko buku. Setelah melewati perjalanan panjang dan berbagai penolakan, misalnya kalah di perlombaan menulis, Dee yang kala itu berusia 25 tahun menggarap Supernova. 

"Impian lama saya terusik, saya punya intuisi judul ini bisa (mengabulkan impian)," ujar dia. 

Bila menyerahkan proses pencetakan buku pada pihak lain, Dee yakin dia tidak bisa menerbitkan tepat pada tanggal yang diinginkan karena naskahnya baru selesai hanya beberapa bulan sebelumnya. 

Berbekal tabungan pribadi, dia mencetak buku "Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh" sebanyak 5.000 kopi, sebuah langkah berani karena saat itu buku dikategorikan laris ketika sudah terjual sebanyak 3.000 kopi.

Namun, Dee mengaku tidak tahu menahu mengenai seluk beluk penerbitan buku. Ia bahkan tidak paham jumlah tersebut tergolong sedikit, sedang atau banyak untuk ukuran penerbitan novel Indonesia. 

"Saya melakukan hal inkonvensional karena saya tidak tahu apa yang saya lakukan," imbuh Dee yang mulai bekerjasama dengan penerbit sejak 2009. 

Tahun ini Dee mempersembahkan buku keenam "Inteligensi Embun Pagi" sebagai pamungkas dari buku-buku Supernova sebelumnya, yakni "Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh" (2001), "Akar" (2004), "Petir" (2004)," Partikel" (2012), dan "Gelombang" (2014).

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016