"Siak punya modal besar wujudkan homeland (tanah tumpah darah) Melayu, apalagi hadapi persaingan MEA awal tahun ini. Maka dari itu, pemkab pilih terus kembangkan wisata kemelayuan,"
Pekanbaru (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Siak, Provinsi Riau, terus mengembangkan daerahnya menjadi pusat wisata budaya Melayu dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan sekaligus mewujudkan "Riau The Homeland of Melayu".

"Siak punya modal besar wujudkan homeland (tanah tumpah darah) Melayu, apalagi hadapi persaingan MEA awal tahun ini. Maka dari itu, pemkab pilih terus kembangkan wisata kemelayuan," kata Kasubbag Pemberitaan dan Pengolahan Data Bagian Humas Setda Kabupaten Siak, Aris Dharma di Pekanbaru, Ahad.

Aris jelaskan, Siak punya potensi besar yang bisa dijual hingga ke mancanegara seperti peninggalan sejarah diantaranya Istana Siak Sri Indrapura, lalu tangsi Belanda, gudang mesiu, sejumlah museum, makam para raja dan sederet peninggalan sejarah lain.

Istana Siak dikenal istana Asherayah Al Hasyimiyah merupakan termegah pada zamannya. Kini sisa peninggalan Kesultanan Siak tercatat merupakan kerajaan Islam terbesar di Riau abad 16 sampai 20 masehi dan dibangun tahun 1889 oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaiffudin.

Lalu Masjid Raya Syahabudin dibangun tahun 1926 pada era Sultan Al-Said Al-Kasyim Abdul Jalil Saifuddin merupakan Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Masjid terbuat dari kayu tersebut, kini sudah menjadi cagar budaya dan dikunjungi banyak orang.

"Dekat mesjid, terdapat makam Sultan Syarif Qasim II. Syarif Qasim merupakan pahlawan nasional karena semasa hidup dikenal pendukung kemerdekaan dan sebagai sultan yang membujuk raja-raja di Sumatera Timur bergabung dengan Indonesia," katanya.

Direktur Kebudayaan Taman Mini Indonesia Indah, Ade F Meliala pekan ini mengaku salut rencana jangka panjang Bupati Siak Syamsuar terkait upaya menjaga tradisi budaya di "Negeri Istana" ditengah modernisasi serta membangun dan mengembangkan pariwisata berbasis kebudayaan melayu.

"Ini luar biasa. Banyak orang hanya berpikiran jangka pendek soal pengembangan pariwisata. Paling lima tahun. Ini tidak, karena pak bupati berfikir jauh ke depan. Saya salut," kata perempuan ini.

Bupati Siak Syamsuar sebelumnya memaparkan soal asal mula Kerajaan Siak yang dibangun pertama kali oleh Raja Kecik pada tahun 1723 silam.

Siak juga punya sejumlah tasik, hutan alam seperti cagar biosfer, Suaka Margasatwa Zamrud dengan danau unik yang mempunyai pulau bisa berpindah-pindah.

"Kami sudah usulkan kawasan ini jadi Taman Nasional Zamrud. Mudah-mudahan segera terwujud. Sebab di Zaman Presiden SBY atau persis saat peresmian jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, kawasan ini sudah diresmikan sebagai Taman Nasional Zamrud. Tapi secara administrasi sampai belum kelar," katanya.

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016