... tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa saya senang perang berhenti, meski hanya beberapa menit...
Moskow (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, melakukan percakapan via telepon, Minggu, tentang kerja sama lebih erat militer kedua negara tersebut terkait rencana gencatan senjata di Suriah.

Lavrov, Senin, menyatakan, percakapan tersebut digelar atas prakarsa Rusia.

Lavrov dan Kerry juga membahas pendekatan mereka atas usulan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengerahkan tekanan terhadap Korea Utara atas pelanggaran resolusi PBB sebelumnya.

Sebelumnya, senjata terdiam di seluruh Suriah pada Sabtu, menandai pemberlakuan gencatan senjata dukungan PBB.

Sementara itu, satuan tugas khusus yang dipimpin Moskow dan Washington bersiap memantau gencatan senjata baru.

Tepat tengah malam, tembakan berhenti di daerah pinggiran sekitar ibu kota dan kota bagian timur Aleppo yang hancur setelah sehari serangan udara Rusia ke benteng-benteng pertahanan pemberontak di seluruh negeri itu.

Kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk HAM menyatakan suasana tenang di provinsi bagian utara Latakia dan provinsi bagian tengah Homs dan Hama.

Gencatan senjata di seluruh negeri itu merupakan jeda pertama dalam lima tahun perang sipil yang telah merenggut lebih dari 270.000 nyawa.

"Saya tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa saya senang perang berhenti, meski hanya beberapa menit," kata tentara Suriah berusia 24 tahun, Abdel Rahman Issa, dari medan perang di pinggiran timur Damaskus.

"Jika terus seperti ini, mungkin kami bisa pulang," katanya.

Utusan PBB, Staffan de Mistura, mengatakan, pembicaraan perdamaian akan berlanjut 7 Maret jika kesepakatan bertahan dan lebih banyak bantuan dikirimkan--titik kunci dari perundingan untuk gencatan senjata.

Pertarungan tampaknya sudah "mereda", katanya kepada para pewarta segera setelah tengah malam, menambahkan bahwa satuan tugas khusus akan bertemu di Jenewa untuk memantau gencatan senjata.

Moskow dan Washington, yang memimpin satuan tugas itu, sudah menyiapkan kantor untuk memantau gencatan senjata bersama dengan pusat operasi PBB.

"Poin pentingnya... adalah jika ada insiden akan dengan cepat dikendalikan dan diatasi," kata de Mistura, dengan menambahkan bahwa "respons militer seharusnya menjadi... pilihan terakhir".

Upaya sebelumnya untuk mengakhiri kekerasan di Suriah telah gagal dan baik Rusia maupun Amerika Serikat sudah memperingatkan bahwa penghentian pertempuran darat akan sulit dilakukan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016