Jakarta (ANTARA News) - Seorang pria yang bekerja di Pangkalan Udara Hill, Utah, didakwa atas tuduhan menjual suku cadang ilegal komponen F-16 Fighting Falcon ke Indonesia.

Lelaki bernama Scott A. Williams (51 tahun) itu didakwa Pengadilan Distrik Amerika Serikat  dengan dua dakwaan, yakni mengekspor secara ilegal barang keluar Amerika Serikat dan memalsukan pernyataan pada dokumen sekaligus mengubah status benda pertahanan hak milik negara AS.

Williams, seturut The Salt Lake Tribune edisi 1 Maret, mengungkapkan bahwa Williams adalah warga sipil bekas pegawai kontrak di Pangkalan Udara Hill.

Dia pernah bekerja untuk proyek-proyek pertahanan AS dalam skema Program Penjualan Militer Asing (FMA/Foreign Military Sales), dengan tanggung jawab khusus suku cadang F-16.

Menurut jaksa penuntut setempat, Williams diketahui menjual dan mengapalkan secara ilegal kepada Indonesia sukucadang rem F-16 yang jelas melawan hukum federal.

Dia didakwa menyiapkan dokumen palsu yang menyatakan bahwa “ekspor” suku cadang pesawat tempur itu ke Indonesia sudah diotorisasi.

Satu-satunya pihak yang mengoperasikan F-16 Fighting Falcon di Indonesia adalah TNI AU, yang ditempatkan di Skuadron Udara 3 (F-16 A/B dan C/D Block 15) dan Skuadron Udara 16 (F-16 C/D Block 25 eks Angkatan Udara Cadangan Amerika Serikat, yang ditingkatkan menjadi Block 52, untuk versi Indonesia/TNI AU, diberi imbuhan ID di belakang angka 52).

Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan, Williams didakwa telah menyiapkan dokumen seolah-olah ada pesanan teknis atas komponen F-16.

Setelah itu, Williiams disebut menguasai komponen-komponen itu dan memanipulasi data yang menyebutkan seolah ada pesanan komponen dari Angkatan Udara AS. Ini terjadi saat dia menjadi manajer program dan keuangan di Pangkalan Udara Hill.

Williams ditahan sejak 19 Februari lalu dan sidang pengadilan atas dakwaannya itu dimulai 2 Mei nanti, kata hakim Pengadilan Distrik Amerika Serikat, Jill Parrish.

Selama ditahan, Williams dilarang menemui saksi-saksi yang dianggap terlibat kasus itu, korban-korban yang mungkin ada, dan juga dia harus diperiksa kesehatan jiwanya.

"Kantor Kejaksaan Amerika Serikat mewakili kepentingan pengadilan Amerika Serikat dan kami berkomitmen tinggi melindungi semua aset dan teknologi Angkatan Udara Amerika Serikat dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat,” kata Jaksa Agung John W Huber, secara terpisah.

Investigasi menyeluruh dari berbagai instansi terkait dalam skala penuh kini tengah dikerahkan menyusul temuan kasus Williams ini.



Penerjemah: Ade P Marboen
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016