Jakarta (ANTARA News) - Semar terhina oleh tingkah laku Raden Arjuna dan gerah dengan nasibnya yang selalu susah, ia bahkan menyebut dirinya "dewa apes".

Semar (Budi Ros) lari ke Kahyangan hanya bersama Bagong, istrinya Sutiragen ia minta tetap di bumi bersama Gareng dan Petruk.

Ia lantas menggugat Batara Guru karena telah memberinya paras jelek dan membuangnya ke bumi untuk mengabdi pada para Satria Pandawa.

"Tapi apa yang ku dapat? Hinaan!" kata Semar yang ingin paras rupawannya dikembalikan.

Gugatan Semar berawal dari rencana pernikahan Srikandi (Rangga Riantarno) dan Arjuna (Daisy Lantang).

Sang dewi meragukan cinta Arjuna padanya, mengingat Sembadra dan Larasati telah lebih dulu diperistri.

"Tapi, dewa sudah memutuskan dialah Lelananging Jagat. Dewi-dewi rela mengemis cintanya," kata Srikandi menyuarakan kegundahannya.

Ia ingin Arjuna membuktikan cintanya, melebihi permintaan Sumbadra yang menginginkan Gending Lokananta.

Arjuna, demi Srikandi, terpaksa mempermalukan Semar di depan orang banyak saat pesta pernikahan mereka.

Cerita bergulir dari kerinduan Betari Permoni (Cornelia Agatha), penguasa kerajaan setan, pada Arjuna.

Pentas ulang

"Semar Gugat" dari Teater Koma dipentaskan lagi di Gedung Kesenian Budaya sejak pertunjukan pertama pada 1995, kali ini menggandeng Djarum Apresiasi Budaya.

Nano Riantiarno, sutradara sekaligus penulis naskah, saat latihan beberapa waktu lalu merasa lakon ini perlu diangkat kembali karena kondisi Indonesia tidak banyak berubah sejak 21 tahun lalu "Semar Gugat" naik panggung.

Tentu, kemasan lakon kali ini disesuaikan dengan isu sosial terkini, seperti candaan Gareng dan Petruk soal Papa (Semar) minta saham ke Kahyangan untuk membangun kerajaan baru mereka.

Teater Koma tidak menggurui menyampaikan kritik mereka terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Keberagaman sifat manusia disajikan dalam tokoh-tokoh pewayangan dan dikemas ulang dengan cara mereka.

Semar terang-terangan menunjukkan rasa muaknya sebagai rakyat biasa yang melulu harus mengikuti pemimpinnya, bahkan mencuci kesalahan pemimpinnya.

Manusia haus kekuasaan dalam lakon ini diwakili oleh Betari Permoni, yang memperpanjang misinya berada di dekat Arjuna.

Pertunjukan berdurasi 3,5 jam ini dikemas dengan menyisipkan komedi sehingga bila rasa bosan atau kantuk menyerang, penonton dapat kembali tersadar dan segar mengikuti alur cerita.

Kehadiran Punakawan sudah barang tentu menjadi suguhan tawa, kali ini bukan sebagai selingan, melainkan penggerak cerita.

Berbeda dengan pementasan pertama yang sebagian besar tokoh perempuan dimainkan aktor, kali ini cukup Arjuna dan Srikandi yang ditukar.

Kemunculan Srikandi di awal cerita entah mengapa memancing tawa penonton meski saat itu Rangga Riantiarno tidak sedang melucu.

Penampilannya sebagai Srikandi pun perlu diapresiasi, tanpa harus mengubah suaranya menyerupai perempuan, Rangga mampu menyajikan Srikandi yang kuat sekaligus membutuhkan dukungan baik dari Arjuna maupun Sumbadra dan Larasati.

Penampilan Cornelia Agatha sebagai Betari Permoni pun tak kalah menuai decak kagum.

Sebagai penguasa negeri setan, ia tampil garang sekaligus mengundang tawa.

"Semar Gugat" dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta mulai 3 hingga 10 Maret 2016.

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016