New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data pertumbuhan pekerjaan AS yang kuat memicu harapan meningkatnya permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, melonjak 1,35 dolar AS menjadi ditutup pada 35,92 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan Eropa untuk minyak, berakhir pada 38,72 dolar AS per barel, melompat naik 1,65 dolar AS.

Minyak mentah WTI mencatat keuntungan sekitar tiga dolar AS selama seminggu, sementara Brent naik lebih dari 3,5 dolar AS.

Ini adalah keuntungan kuat minggu kedua berturut-turut di pasar minyak, yang telah berkubang di dekat posisi terendah dalam 13 tahun di bawah 30 dolar AS per barel pada Januari.

"Kami melihat banyak investor datang kembali dan sedang bergerak naik lagi," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan, seperti dikutip AFP.

Pada Jumat, "kita naik didorong angka pengangguran (AS)," katanya, mengacu pada laporan ketenagakerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi secara ketat.

Pertumbuhan lapangan pekerjaan jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan pada Februari dan tingkat pengangguran bertahan di 4,9 persen, tingkat terendah delapan tahun.

Penguatan mengejutkan dalam angka ketenagakerjaan "menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi yang lumayan," sehingga meningkatkan prospek permintaan, kata Kyle Cooper dari IAF Advisors.

Beberapa analis menunjukkan bahwa di balik angka ketenagakerjaan, rincian lainnya kurang positif, seperti sedikit penurunan dalam pertumbuhan upah dan bertahannya jumlah yang tinggi untuk pekerja paruh waktu.

Dari sudut pandang pasar minyak itu tidak masalah, kata Larry. "Jika pekerja penuh waktu atau pekerja paruh waktu, itu tetap pekerja yang telah mendorong untuk bekerja."

Jumlah rig minyak AS terbaru dari Baker Hughes menawarkan sinyal berkurangnya produksi minyak mentah AS. Data dari penyedia jasa ladang minyak itu menunjukkan jumlah rig aktif turun sebanyak 13 rig menjadi 489 rig, turun 60 persen dari setahun lalu.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016