Palu (ANTARA News) - Baru sekitar 15 menit setelah puncak gerhana matahari total (GMT) pukul 08.38 WITA, ribuan pengunjung di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, berteriak.

"Saya saksi hidup GMT, saya saksi hidup GMT," begitu teriakan mereka bersamaan.

Mereka tampak antusias meneriakkan yel-yel itu dengan dipandu tim peneliti astronomi dari Bosscha ITB Bandung lewat pengeras suara.

Suasana suka cita sangat terasa di sebuah lapangan sepak bola yang dipadati sekitar 8.000 orang tersebut ketika langit kembali terang benderang setelah kegelapan melanda desa yang berjarak sekitar 50 kilometer utara Kota Poso itu, karena sinar matahari tertutup penuh oleh bulan selama 2 menit 52 detik.

"Saya bangga dapat menyaksikan langsung peristiwa luar biasa ini. Ini pertama kali dan mungkin tidak akan pernah lagi, karena peristiwa ini konon baru akan terjadi 350 tahun lagi " ujar Ria, seorang warga dari Kabupaten Morowali Utara, sekitar 150 km dari Kota Poso yang datang khusus untuk menyaksikan peristiwa itu.

Suhu udara yang semula panas terik, tiba-tiba berubah menjadi sejuk saat kegelapan mulai muncul. Sejumlah warga tampak saling berpelukan. Ada yang memekikkan Allahu Akbar, sementara yang lain berdoa singkat dan mengucap syukur saat situasi berubah menjadi gelap mulai pukul 08.38 WITA.

Bupati Poso Darmin Sigilipu, Wagub Poso T. Samsuri dan puluhan warga menabuh padengko, sejenis kentongan kecil yang terbuat dari bambu, menambah riuh dan sukacita masyarakat, termasuk puluhan turis asing di lokasi yang dijaga ketat aparat keamanan tersebut.

Antusiasme warga Sulawesi Tengah menyaksikan fenomena alam langka ini tergolong luar biasa. Delapan lokasi utama pemantauan GMT yang tersebar di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Parigi Moutong, Poso dan Banggai, semuanya dipadati ribuan pengunjung termasuk wisatawan asing.

Semula warga merasa was-was karena BMKG memrakirakan bahwa cuaca di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu akan diselimuti awan pad Rabu pagi. Bahkan di Poso, sudah beberapa hari ini, langit selalu mendung di pagi hari.

"Alhamdulillah, cuaca di semua tempat pemantauan GMT hari ini cukup cerah sehingga semua pengunjung bisa menyaksikannya secara sempurna," ujar seorang pejabat Pemprov Sulteng.

Gubernur Sulteng Longki Djanggola memperkirakan terdapat ribuan pengunjung asing menyaksikan GMT di berbagai lokasi di Sulteng, dengan lokasi yang paling favorit adalah Kabupaten Sigi.

Di daerah yang berbataan dengan Kota Palu itu, terdapat empat lokasi pengamatan GMT yakni di Desa Pakuli, Desa Kota Pulu, Desa Wayu dan Desa Ngatabaru. Khusus Ngatabaru, sebuah event organizer yang berpusat di Singapura menyulap sebuah kawasan pegunungan seluas sekitar lima hektare di desa itu sebagai kampung seni untuk menampung wisatawan asing menyaksikan GMT dan festival seni dan budaya selama empat hari sejak 7 Maret.


Wapres Bertemu Astronot

Moment GMT di Sulawesi Tengah juga mendapat perhatian pemerintah Indonesia. Wujudnya, Wakil Presiden HM Jusuf Kalla bersama Ny Mufidah dan sejumlah anggota keluarga serta beberapa orang menteri, datang khusus ke kota ini untuk menyaksikan secara langsung proses GMT.

Wapres dan rombongan memilih lokasi pemantauan di Lapangan sepak Desa Kota Pulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.

Wapres dan Ny Mufidah didampingi Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yudi Krisnandi, Menkominfo Rudiantara, Ketua Komisi V DPR RI Muhidin Said, Kepala BMKG Andi Eka Sakya dan pengusaha nasional Sofyan Wanandi.

"Fenomena gerhana matahari berlangsung selama dua menit dua puluh detik. Bayangkan itu. Tapi sudah lama itu diprediksi fenomena ini akan terjadi," kata Jusuf Kalla usai menyaksikan GMT.

Sebelumnya, pria yang akrab disapa JK ini saat tiba proses bulan mulai menutupi matahari, langsung memakai kacamata ultraviolet untuk menyaksikan fase demi fase sentuhan kedua planet tersebut hingga akhirnya matahari tertutup bulan secara total.

JK kemudian berkeliling menemui sejumlah turis asing dan peneliti yang lebih dulu tiba di lokasi. Seorang astronot berkebangsaan Belanda yang sudah dua kali mendarat ke bulan, Andre Kuipers berbincang dengan Wapres.

Pria yang tergabung dalam Badan Antariksa Eropa (European Space Agency-ESA) tersebut mengaku pertama kali melakukan ekspedisi ke bulan pada 2004, selanjutnya melakukan hal yang sama pada 2012.

Meski baru pertama kali menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah guna memantau langsung GMT, ia memuji Kota Palu sebagai tempat yang ditetapkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu titik pemantauan GMT karena lokasinya cukup strategis.

Andre Kuipers tiba di Indonesia tiga hari lalu melalui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, mengaku memiliki seorang kawan kelahiran Sulawesi Selatan yang menemaninya menuju Kota Palu.

Dia mengatakan bahwa GMT merupakan pristiwa yang sangat unik dan bagus untuk dinikmati. Ia mengaku sudah lima kali melihat gerhana matahari, salah satunya di Tiongkok dengan durasi waktu sekitar tujuh menit. Ia juga sangat gembira karena bisa berbincang langsung dengan Wapres Jusuf Kalla.

Di lokasi ini, BMKG memasang dua teropong pemantau GMT yang dihubungkan ke monitor layar lebar sehingga pengunjung bisa memantau proses gerhana melalui layar monitor tersebut.

"Ini sangat indah, luar biasa fenomena ini, saya bersyukur bisa melihat langsung gerhana matahari secara penuh," ujar Renaldo dari Amerika Serikat.

Pria asal Amerika Serikat ini datang bersama sejumlah turis dari negaranya untuk menyaksikan dan mengabadikan fenomena alam langka ini.

"Rata-rata yang datang ini orang Amerika, lainnya dari Kanada, dan Australia. Saya takjub dengan kejadian alam ini, sangat luar biasa," ujar pria yang bisa sedikit berbahasa Indonesia dan tergabung dalam Travel Guess itu.


Tanda Kebesaran Allah


Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) merupakan tanda kebesaran Allah SWT yang diperlihatkan kepada umat manusia di muka bumi sehingga penting untuk pengetahuan generasi kini.

"Pengetahuan itu sudah sangat tinggi sekali," kata Jusuf Kalla.

Karena itu, GMT di Sulawesi Tengah melibatkan banyak sekali lembaga penelitian ilmiah, mulai dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Lembaga Penelitian Astronomi dan Observatorium Bosscha ITB Bandung, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika serta banyak pakar astronomi dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

Seorang anggota tim Bosscha ITB mengaku bersyukur karena dengan keberhasilan memantau bersama gerhana matahari total ini membuktikan bahwa dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa memprediksi secara tepat peristiwa alam yang langka dan dahsyat ini.

Anggot DPR RI asal Sulawesi Tengah Muhiddin M Said mengapresiasi jajaran pemerintah Provinsi Sulteng atas meriahnya serta tingginya pastisipasi masyarakat menyukseskan iven besar yang membuat Indonesia, khususnya Sulawesi Tengah, menjadi sorotan dunia hari ini.

Seluruh pemerintah kabupaten dan Kota Palu yang dilintasi GMT hari ini telah menggelar berbagai acara untuk menyambut dan menghibur para pengunjung asing dan domestik selama beberapa hari menjelang GMT, 9 Maret 2016, terutama terkait festival seni dan budaya, promosi wisata dan pameran kuliner serta produk-produk ekonomi kreatif masyarakat.

Bank Indonesia Perwakilan Palu dalam kajian ekonomi regional yang disiarkan pertengahan Pebruari 2016 menyatakan bahwa peristiwa GMT di Sulteng akan memberikan dampak yang cukup signifikan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan I 2016, sehingga angka pertumbuhan ekonomi di awal 2016 ini tidak akan terlalu jauh di bawah pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 15 persen lebih.

Oleh Rolex Malaha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016