Kami tidak bisa mendapatkan makanan bagi anak-anak. Maduro harus mundur tahun ini."
Caracas (ANTARA News) - Kelompok oposisi Venezuela memulai rangkaian demonstrasi pada Sabtu waktu setempat (Minggu WIB) bertujuan menurunkan Presiden Nicolas Maduro dari kekuasaannya.

Di sisi lain partai asal Maduro, kelompok Sosialis juga menggelar unjuk rasa tandingan dengan tema "anti-imperlialisme."

Meski kedua pihak sama-sama berhasil mengumpulkan ribuan orang untuk turun di jalanan kota Caracas, demonstrasi tersebut belum mampu menyamai intensitas unjuk rasa yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Sebagian besar penduduk negara tersebut kini harus menghadapi krisis ekonomi dan sosial yang nampak semakin memburuk.

Aliansi oposisi memulai kampanye untuk menggulingkan Maduro dengan berbagai cara, yaitu demonstrasi, usulan referendum penurunan presiden dan amandemen konstitusi.

Saat ini kelompok oposisi tersebut telah menguasai parlemen Venezuela dalam kemenangan pemilihan umum legislatif Desember 2015.

Mereka berharap dapat mengambil keuntungan lebih jauh dengan memanfaatkan kemarahan publik atas resesi ekonomi, inflasi yang mencapai tiga digit, dan kekerasan yang terus meningkat.

"Venezuela saat ini tengah kacau balau. Mereka hanya berjanji namun tidak membuktikannya. Yang terjadi justru penderitaan yang terus bertambah, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan penghancuran yang terus terjadi," kata Ruth Briceno (35), mahasiswa hukum asal daerah kaya Chacao, yang ikut berdemonstrasi di kelompok oposisi.

"Kami tidak bisa mendapatkan makanan bagi anak-anak. Maduro harus mundur tahun ini," katanya.

Dua tahun lalu, kelompok oposisi sempat memobilisasi puluhan ribu orang dalam demonstrasi yang terjadi serempak di beberapa kota. Saat itu, jalanan Venezuela dipenuhi dengan gas air mata selama beberapa pekan.

Demonstrasi yang serupa mulai terjadi di kota San Cristobal meski belum mencapai ibu kota.

Di daerah Caracas lainnya, para pendukung Maduro mulai turun untuk memprotes pemberlakuan sanksi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama terhadap sejumlah pejabat tinggi Venezuela.

Sanksi tersebut semakin memperburuk hubungan kedua negara, sehingga membuat Maduro menarik pulang diplomatnya dari Washington.

"Kami di sini untuk memprotes kebijakan Obama yang bodoh itu," kata Raiza Sucre, pegawai negeri sipil, yang ikut berunjuk rasa bersama ribuan warga lainnya.

Sucre menuding Amerika Serikat hanya mengincar minyak Venezuela, sektor yang menyumbang 94 persen pendapatan dari ekspor keseluruhan negara tersebut.

Obama sendiri akan terbang ke Kuba, yang merupakan sekutu besar Venezuela, pada akhir bulan ini.
(Uu.G005)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016