Ankara (ANTARA News) - Sebuah bom mobil menghancurkan "transport hub" yang sibuk di ibu kota Turki Ankara, Minggu waktu setempat, dengan menewaskan paling sedikit 32 orang dan melukai setidaknya 75 orang lebih.

Ini adalah serangan bom kedua ke jantung ibu kota negeri itu dalam kurang sebulan ini.

Ledakan yang terdengar sampai beberapa kilometer itu memuntahkan puing-puing hasil ledakan ke sebuah wilayah yang hanya beberapa meter dari kantor Kementerian Kehakiman dan Dalam Negeri, sebuah gedung pengadilan dan bekas kantor perdana menteri.

Helikopter-helikopter polisi berputar-putar di atas sebuah wilayah dengan asap tebal yang membumbung mencolok di jantung ibu kota.

"Sebanyak 27 warga kota tewas ketika sebuah mobil meledak di Taman Guven di Kizilay, dan hampir 75 warga sipil terluka telah dibawa ke sejumlah rumah sakit untuk perawatan," kata kanto pemerintah Ankara.

Dua pejabat keamanan kemudian mengarakan jumlah korban meninggal naik menjadi 32 orang.

Seorang pejabat keamanan senior Turki kemudian berkata kepada Reuters bahwa dari penyelidikan awal serangan itu dilancarkan oleh Partai Pekerja Kurdistan (PKK) atau sebuah kelompok militan terafiliasi. Namun belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.  Petugas lainnya mengatakan tembak menembak terjadi setelah ledakan itu.

Seorang pejabat lainnya berkata bahwa mobil yang digunakan dalam serangan itu adalah BMW yang dikendarai dari Viransehir, sebuah kota yang mayoritas penduduknya orang Kurist. PKK dan Sayap Kurdistan Merdeka (TAK) bertanggung jawab atas serangan ini, kata diad.

TAK memang menjadi pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom sebelumnya pada 17 Februari dengan lokasi tidak jauh dari ledakan yang saat ini terjadi.  Saat itu 29 tewas yuang kebanyakan tentara.

Perdana Menteri Ahmet Davutoglu langsung menggelar rapat darurat bersama menteri dalam negeri, kepala dinas intelijen, dan para kepala polisi serta tentara. Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri sudah berbicara via telepon dengan menteri dalam negeri.

Partai oposisi HDP yang pro Kurdi yang merupakan partai politik terbesar ketiga di parlemen Turki dan pernah dituduh Erdogan sebagai kepanjangan tangan dari PKK, mengetuk serangan yang digambarkannya sebagai "serangan biadab", demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016