Jakarta (ANTARA News) - Kualitas air yang buruk membuat sungai-sungai di ibu kota hanya menyumbang empat persen dari total sumber air baku di Jakarta.

"Sumbernya seperti sungai Krukut dan sungai Pesanggrahan," kata Manajer Produksi Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya Mochamad Hatta Sukarno di Jakarta, Senin. 

Hatta mengatakan 80 persen sumber air baku di PAM Jaya berasal dari Saluran Tarum Barat (Kalimalang) yang mengalirkan pasokan air dari waduk Jatiluhur. Sisanya dibeli PAM Jaya dari Cisadane, Tangerang, berupa air yang sudah siap disalurkan ke pelanggan.

PAM Jaya bekerjasama dengan dua operator air bersih, yakni PT. Aetra Air Jakarta untuk wilayah Timur Jakarta dan PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) di wilayah Barat Jakarta.

Menurut Hatta, per Desember 2015 pihaknya baru melayani 60 persen warga Jakarta, sisanya tidak punya akses air perpipaan atau memilih air tanah. 

Mereka yang tidak punya akses punya alasan beragam, seperti kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan terhubung dengan air perpipaan atau karena menempati tanah berstatus tidak jelas. Secara teknis, sambungan air perpipaan hanya bisa didistribusikan ke wilayah legal. 

"Kami wajib memberikan air untuk siapa pun, baik mereka yang terakses pipa atau tidak," imbuh Corporate Communication Manager PT Aetra Air Jakarta Rika Anjulika.

Rika mengatakan Aetra menyediakan alternatif untuk masyarakat yang tidak punya akses, yakni melalui kios air dan hidran umum. 

Ada pula solusi jangka pendek berupa Meter Induk yang menghubungkan air minum perpipaan ke wilayah tanah ilegal. 

Pemerintah tengah berusaha mewujudkan program 100-0-100 untuk tahun 2019, yakni 100 persen akses air minum, 0 persen kawasan kumuh dan 100 persen akses sanitasi untuk masyarakat di Indonesia. 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016