Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tiba di Jakarta, Rabu, seusai kunjungan kerja enam hari di Arab Saudi, membahas persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1437H/2016M, termasuk menandatangani MoU dengan Menteri Urusan Haji Saudi, Bandar Muhammad Hajjar.

Dalam kunjungan bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F.Moeloek dan tim Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah tersebut Menag bekesempatan untuk menyampaikan beberapa usulan peningkatan kualitas layanan haji kepada Menteri Urusan Haji Saudi.

“Usulan itu tidak hanya semata peningkatan layanan jamaah haji Indonesia, lebih utama Pemerintah Indonesia mengajukan usulan agar kenyamanan jamaah haji dunia bisa didapat,” terang Menag melalui siaran pers Kemenag.

Usulan tersebut adalah: pertama, perbaikan kualitas tenda di Arafah agar dibuat permanen dan lebih kokoh. Pengalaman tahun 2015, beberapa tenda jamaah Indonesia roboh karena angin. “Setidaknya tenda di Arafah agar dibuat seperti tenda di Mina,” tutur Menag.

Kedua,  pembangkit listrik permanen yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan listrik selama jamaah di Arafah.  Jamaah haji dunia pada setiap penyelenggaraan ibadah haji berkisar 2 juta orang, dan itu tentu membutuhkan konsumsi listrik yang sangat besar. “Diperlukan pembangkit listrik yang relatif permanen di Arafah,” tegas Menag.

Ketiga, tenda Mina dibuat bertingkat. Mina adalah wilayah yang jelas batas-batasnya. Luas wilayah ini sekitar 7,8 km persegi, namun yang bisa didiami hanya 4,8 km persegi karena selebihnya adalah pegunungan batu. Sementara itu, ketika menginap di Mina, seluruh jamaah haji diharuskan berada dalam kawasan ini. Padahal, total jamaah haji setiap tahunnya  berkisar 2 juta orang, sangat padat. 

“Tenda jamaah di Mina perlu dibuat bertingkat seperti Jamarat (tempat lontar jumrah), sehingga  tidak ada jamaah yang ditempatkan di luar Mina,” kata Menag.

Keempat, penyediaan fasilitas pos kesehatan darurat pada rute jamaah dari tenda di Mina menuju Jamarat. Keberadaan pos kesehatan  diperlukan untuk mengantisipasi jamaah yang butuh pertolongan kesehatan saat dalam perjalanan dari Mina ke Jamarat atau sebaliknya. 

“Tahun lalu kita melihat kondisi seperti itu tidak bisa dilayani dengan baik karena keterbatasan sarana kesehatan bagi jamaah haji,” ujarnya.

Kepada Menteri Haji Saudi, Menag juga menanyakan perkembangan pengurusan  santunan bagi  jamaah haji yang menjadi korban jatuhnya crane di Masjidil Haram. Ada 61 korban dari Indonesia, terdiri atas 12 orang wafat, dan 49 luka-luka. Pemerintah Arab Saudi menjanjikan untuk memberikan santunan kepada mereka. 

“Menteri Urusan Haji Saudi tegas mengatakan bahwa realisasi pencairan ini sudah mendekati penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian tahapan yang cukup panjang. Dua kementerian yang mengurus ini, yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri, pada saatnya akan menyampaikan secara resmi dan merealisasikannya,” jelas Menag.

“Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, semua jamaah dari berbagai negara yang menjadi korban akan mendapatkan santunan,” tambahnya.


Apresiasi untuk Indonesia

Menteri Haji Saudi  mengapresiasi usulan perbaikan layanan yang disampaikan Indonesia. Bahkan, tenda Arafah mulai tahun ini akan dipasang sejak  1 Dzulhijjah (delapan hari sebelum puncak haji) dan Indonesia diminta untuk mengecek langsung. “Jika ada tenda yang dinilai kurang kokoh, mereka akan memperbaikinya,” kata Menag.

“Ada 30 - 35 maktab dari total 57 maktab Indonesia yang AC-nya akan diperbaharui,” tambahnya.

Selain bertemu Menteri Urusan Haji, Menag juga melakukan pertemuan dengan  muassasah, baik Muassasah Asia Tenggara yang ada di Makkah maupun Muassasah al Ahliyah al Adilla di Madinah. Muassasah adalah lembaga di luar Pemerintah yang mendapat kewenangan penuh dari Saudi untuk mengurus jamaah. Kedua lembaga ini  melayani hal ihwal jamaah yang terkait dengan dokumen, pemondokan, katering transportasi darat, dan lainnya. “Dari pertemuan itu, disepakati adanya upaya peningkatan layanan agar lebih baik,” jelas Menag.

Menag juga bertemu Direktur Utama Bandara Amir Muhammad dan Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Sofyan Abdussalam. Kedua belah pihak sepakat bahwa  jamaah haji yang diberangkatkan pada gelombang pertama akan mendarat  di Bandara AMAA Madinah seperti pada tahun lalu. Kesepakatan ini penting agar jamaah haji Indonesia tidak mengalami kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang dari Tanah Air menuju Tanah Suci.

Selain itu, jamaah haji yang diberangkatkan pada gelombang kedua juga akan bertolak dari Bandara  AMAA Madinah menuju Tanah Air. “Jadi, 50 % tiba di Madinah, 50% pulang dari Madinah,” jelas Menag.

Menag menilai kunjungan kerja ini kali berjalan sukses. Menteri Urusan Haji Saudi bahkan secara eksplisit  mengapresiasi jamaah haji Indonesia karena dinilai tertib dan taat terhadap aturan di Saudi. Apresiasi yang sama disampaikan Dirut Bandara AMAA Madinah. Dia menilai Indonesi sebagai negara terbaik dalam mengorganisasi jamaah haji sehingga tercepat pengurusannya, sejak jamaah keluar dari pesawat sampai meninggalkan bandara.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016