Dikili, Turki (ANTARA News) - Otoritas Turki menahan sekitar 1.700 pendatang yang berusaha mencapai pulau Lesbos, Yunani, Jumat, dalam operasi besar yang melibatkan kapal-kapal penjaga pantai dan helikopter.

Operasi itu dilakukan setelah adanya kesepakatan antara pemimpin Eropa dengan Ankara untuk menghentikan migrasi ilegal.

Sebanyak 1.734 migran dan 16 penyelundup manusia ditahan dalam operasi, yang dilakukan di beberapa lokasi dekat kota Dikili di pantai Aegea, Turki, kata militer dalam sebuah pernyataan.

Operasi itu melibatkan penjaga pantai, angkatan laut, pasukan polisi militer serta dukungan udara, katanya.

Otoritas masih berupaya untuk memastikan kebangsaan dari mereka yang ditangkap, kata militer.

Banyak dari pendatang ditangkap di laut, dan yang lain di asrama dan jalan-jalan di pantai Aegea, Turki, sedang dibawa ke gedung olahraga di kota Dikili, kata seorang pejabat senior keamanan setempat kepada Reuters.

Para pendatang, sebagian besar dari Suriah dan Afghanistan, akan diperiksa untuk menentukan latar belakang mereka dan tindakan yang akan diambil selanjutnya, kata para pejabat.

"Saya pikir ada banyak orang mengungsi dari perang menuju Eropa, dan saya kira itu sebuah (masalah)," kata Issam Katib (27) yang melarikan diri dari Damaskus dan salah satu di antara mereka yang ditahan.

Dia mengungkapkan pandangan di antara pendatang bahwa jika mereka bisa mencapai pulau-pulau di Yunani maka mereka akan bebas untuk menetap di Eropa.

"Jika Turki memberi kami hak untuk memilih negara untuk ditempati, itu bagus, tapi saya pikir ... di Yunani kami memiliki hak untuk memilih," katanya kepada Reuters, yang berbicara dalam bahasa Inggris. "Kami semua perlu (pergi) dengan cara yang sesuai menurut hukum, mungkin tidak melalui laut."

Di Brussels, para pemimpin Uni Eropa menyetujui kesepakatan dengan Turki yang bertujuan untuk menghentikan migrasi ilegal ke Eropa dengan imbalan keuangan dan pengakuan politik untuk Ankara.

Kesepakatan itu bertujuan untuk menutup jalur utama yang digunakan satu juta orang untuk menyeberangi Laut Aegea ke Yunani sebelum berjalan ke arah utara menuju Jerman dan Swedia pada tahun lalu.

Tapi keraguan yang mendalam tetap ada tentang apakah itu legal atau dapat dilakukan, dengan beberapa pegiat hak asasi manusia mengatakan Eropa seharusnya tidak menutup perbatasannya untuk orang-orang yang benar-benar mengungsi untuk melanjutkan hidup mereka.

Turki adalah rumah bagi lebih dari 2,7 juta pengungsi Suriah sendiri, dan bagi banyak orang, daya tarik Eropa tidak mungkin untuk mengurangi sekalipun perjanjian berlaku. Para pejabat mengkhawatirkan para pedagang manusia cenderung fokus pada jalur baru.

"Kami meninggalkan Suriah dan datang ke Turki, tapi kehidupan di sini mahal dan sulit... Kami ingin pergi ke Eropa dan berharap seseorang dapat memberikan sedikit bantuan kepada kami," kata Qasser Shaouk, seorang pendatang di distrik Izmir, Basmane, kota utama di pantai Aegea, Turki.

(Uu.M052)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016