Jakarta (ANTARA News) - Dosen Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,  Nugroho Imam Setiawan, akan mengikuti penelitian masa depan planet bumi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE) pada Januari-Februari 2017.

Nugroho adalah satu-satunya anggota tim ekspedisi dari Asia Tenggara yang lolos seleksi wawancara dan rekomendasi. Ia masuk Tim JARE ke-58 bersama dengan dua peneliti lain dari Mongolia dan Srilanka.

"Banyak peneliti yang mendaftar ekspedisi ini, seperti Malaysia, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Laos, dan lainnya, tetapi yang terpilih hanya dari tiga negara, yaitu Indonesia, Srilanka, dan Mongolia," ujar Nugroho dalam keterangan tertulis, hari ini.

Tim JARE, kata dia, berjumlah 64 orang yang 61 orang di antaranya orang Jepang, sedangkan tiga lainnya dari Indonesia, Srilanka dan Mongolia.

JARE ke-58 mengundang ilmuwan Asia yang belum memiliki markas di Antartika untuk bergabung sebagai pengamat melalui program Asian Forum for Polar Sciences (AFOPS).

"Saya masuk ke dalam tim geologi yang akan meneliti batuan metamorf di Antartika, persyaratan dasarnya adalah spesialisasi keilmuan di bidang batuan metamorf," tutur dia.

Selain geologi, tim itu juga terdiri dari peneliti lintas disiplin keilmuan, meliputi geografi, oseanografi biologi, geofisika, sedimentologi, astronomi dan glasiologi, yang masing-masing tim riset memiliki kurikulum pelatihan berbeda-beda.

Nugroho mengaku mencemaskan keadaan suhu ekstrem yang akan dihadapinya di Antartika.

"Ada rasa gugup karena hanya saya yang berasal dari negara khatulistiwa dengan suhu stabil tanpa pernah hidup lama pada kondisi minus 10 derajat celcius, apalagi dengan bertenda," kata dia.

Nugroho mengharapkan ekspedisi riset di Antartika ini ia akan memperoleh data-data bagus untuk publikasi makalah dalam mengungkap evolusi batuan metamorf dan mendorong generasi selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa dari ilmu-ilmu dasar.

"Akan lebih baik lagi jika pemerintah Indonesia mau membuat base camp riset di Antartika," tutur dia.

Pewarta: Dyah Dwi A.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016