Brussels (ANTARA News) -  Seorang saksi mengaku mendengar teriakan dalam bahasa Arab dan kemudian tembakan beberapa saat sebelum dua ledakan menghajar lounge keberangkatan terbang di Bandara Brussels, Selasa waktu setempat.

Ledakan ini diyakini sebagai ledakan bom bunuh diri dan bersamaan dengan ledakan serupa di sebuah kereta metro di stasium Maelbeek yang total menewaskan paling sedikit 30 orang.

Alphonse Youla (40) yang bekerja di bandara itu berkata kepada Reuters bahwa dia mendengar seorang pria berteriak dalam bahasa Arab sebelum ledakan pertama terjadi.

"Kemudian atap kaca bandara itu ambruk. Saya membantu menggotong lima jenazah, kaki mereka sudah hancur," kata dia yang tangannya masih berlumuran darah.

Yang lainnya juga mengaku mendengar baku tembak sebelum terjadi ledakan, sedangkan seorang saksi mengatakan ledakan terjadi di meja check-in.

Dari video terlihat anjungan bandara hancur dengan atap kaca berserakan di lantai. Tubuh-tubuh bersimbah darah bergelimpangan di sana.

Beberapa penumpang bangkit dengan darah memenuhi pakaian mereka. Asap membumbung dari gedung hingga keluar jendela gedung, sedangkan sejumlah orang lainnya menyelinap melalui jalur sempit dengan masih membawa tas mereka.

Sementara itu media Belgia menyiarkan foto kamera keamanan dari tiga pemuda yang mendorong troli berisi koper-koper. Polisi lalu menyebarluaskan foto serupa dalam versi "crop" yang hanya menunjukkan salah seorang dari tiga pemuda itu.

"Jika Anda mengenali orang ini atau bila Anda memiliki informasi mengenai serangan ini, silakan hubungi polisi," bunyi tulisan di bawah foto itu.

Operasi polisi berlaku di beberapa titik di kota Brussels namun kemudian dikendurkan setelah serangan itu berakhir, sedangkan para penumpang dan pelajar kembali ke rumah begitu angkutan umum di buka kembali sebagian.

Warga Austria bernama Horst Pilger, yang tengah menantikan penerbangan ke negerinya bersama keluarganya ketika serangan itu terjadi, mengatakan anak-anaknya mengira ledakan itu sebagai bunyi kembang api, namun dia segera menyadari itu serangan teror tengah terjadi.

"Istri saya dan saya mengira itu bom. Kami saling berpandangan. Lima atau sepuluh detik kemudian ada ledakan yang amat sangat besar dalam jarak begitu dekat. Besar sekali," kata dia kepada Reuters.

Pilger, yang bekerja untuk Komisi Eropa, mengatakan seluruh atap ambruk dan asap membumbung dari gedung.

Satpam menemukan dan menghancurkan sebuah bom ketiga yang tidak meledak di bandara itu, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016