Saya ingin ketika bapak dan ibu nanti kembali ke negaranya, memberitahu kepada mereka bahwa ini Indonesia, kita layak untuk dipilih."
Denpasar (ANTARA News) - Pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perhubungan melalui Utusan Khusus untuk Pemilihan Anggota Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Dunia (ICAO) Indroyono Soesilo mengumpulkan sebanyak 17 negara untuk menggalang dukungan agar Indonesia terpilih dalam pemilihan tersebut.

Indroyono dalam pertemuan ICAO Global Aviation Dialogues on Market Based Measures (GLADS on MBM) 2016 di Denpasar, Rabu mempresentasikan betapa pentingnya Indonesia menjadi anggota Dewan ICAO pada periode 2016-2019.

Dia menjelaskan 45 persen lalu lintas penerbangan dunia dikendalikan di Indonesia melalui layanan wilayah informasi penerbangan (FIR).

Selain itu, lanjut dia, Indonesia tercatat memiliki 237 bandara, termasuk 27 bandara yang melayani penerbangan internasional dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinobatkan sebagai 10 bandara tersibuk di dunia oleh Dewan Bandara Internasional (Airport Council International). Dilihat dari sisi geografis, Indonesia rumah bagi 250 juta penduduk dengan 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang ke Merauke.

"Saya ingin ketika bapak dan ibu nanti kembali ke negaranya, memberitahu kepada mereka bahwa ini Indonesia, kita layak untuk dipilih," katanya.

Dia menuturkan dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai lingkungan yang berdampak pada penerbangan nasional dan dunia.

Pasalnya, tiga aspek penting yang dinilai dalam standar ICAO, selain keselamatan dan keamanan penerbangan juga lingkungan.

Negara-negara yang diundang, di antaranya Kanada, Prancis, Tiongkok, India, Filipina, Australia, Fiji, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, Korea, Inggris, Papua Nugini, Selandia Baru, Norwegia termasuk Indonesia.

Staf Ahli Bidang Teknologi Energi dan Lingkungan Perhubungan Nugroho Indriyo mengatakan pertemuan tersebut bermaksud untuk berbagi pengalaman dan informasi di antara negara-negara anggota ICAO maupun industri terkait rencana implementasi skema "market-based measures" (MBM) secara global.

"Pertemuan dua hari ini diharapkan dapat membawa para peserta kepada level pemahaman yang sama terkait skema MBM dan menberikan update terkait pengembangan baru di ICAO dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor penerbangan," katanya.

Dia mengatakan pertemuan GLADs akan memberikan kesempatan penting bagi para peserta untuk menghadapi High Level on Meeting Global MBM yang dilaksanakan padai Mei 2016 dan ICAO Assembly ke-39 pada 27 September sampai 7 Oktober 2016.

Nugroho mengatakan hasil pertemuan tersebut akan ditindaklanjuti pada workshop Measurement, Reporting and Verification (MRV) methodology dengan peserta dalam negeri, termasuk operator pesawat udara, operator bandar udara dan kantor Otoritas Bandar Udara.

Rangkaian kegiatan ini penting bagi langkah Indonesia sebagai anggota ICAO Committee Aviation Environmental on Protection (CAEP) dan Pencalonan Indonesia menjadi anggota Dewan ICAO periode 2016-2019.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016