Pekanbaru, 30/3 (Antara) - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi lonjakan titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Provinsi Riau.

"Berdasarkan pencitraan satelit NOAA melalui modis Terra dan Aqua Rabu pukul 16.00 WIB terpantau sebanyak 21 titik panas yang menyebar di enam kabupaten di Riau," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru Slamet Riyadi di Pekanbaru, Rabu.

Ia menjelaskan ke 21 titik panas itu masing-masing terpantau di Dumai enam titik, Bengkalis dan Rokan Hilir masing-masing lima titik, Pelalawan dua titik, serta Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Meranti masing-masing satu titik panas.

Slamet mengatakan lonjakan titik panas itu tidak hanya terpantau di Riau, namun juga di sejumlah provinsi di Sumatera. "Secara keseluruhan ada 57 titik panas di Sumatera. Kepulauan Riau ada 16 titik, Aceh dan Sumatera Utara sembilan titik serta Sumbar dua titik panas," jelasnya.

Sementara itu, dari 21 titik panas yang terdeteksi, delapan diantaranya dipastikan sebagai titik api yang mengindikasikan adanya Karlahut dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.

Ia merincikan, tiga titik api terdeteksi di Bengkalis dimana dua diantaranya berada di Kecamatan Bantan dan satu di Rupat Utara. Selanjutnya dua titik api di Dumai yang berlokasi di Bukit Kapur dan Dumai Barat. Dua titik api di Rokan Hilir terpantau di Bangko dan satu titik api di Indragiri Hulu terpantau di Kecamatan Seberida.

Keberadaan titik panas maupun titik api di Riau terpantau cukup fluktuatif. Pada Rabu pagi tadi BMKG hanya mendeteksi lima titik panas di Riau sebelum kemudian melonjak tajam mencapai 21 pada sore hari.

Meski terpantau puluhan titik panas, BMKG memastikan belum mencemarkan kondisi udara dimana jarak pandang di sejumlah wilayah Riau terpantau normal antara 8-10 Kilometer

Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin menjelaskan sejumlah wilayah pesisir Riau saat ini cukup rawan terjadi Karlahut lantaran intensitas hujan sangat sedikit. "Kita "warning" yang di sana, kondisi cukup panas, temperatur tinggi sehingga kebakaran berpotensi meluas dengan mudah," ujarnya.

Selain itu, kondisi geografis di wilayah tersebut yang berada berbatasan dengan laut juga akan mempersulit untuk melakukan pemadaman karena kondisi angin yang cukup kuat.

Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016