London (ANTARA News) - Lebih dari 1.500 anak di Inggris dan Wales --sebagian berusia 10 tahun-- ditangkap polisi karena diduga terlibat kejahatan melibatkan penggunaan senjata, dalam tiga tahun belakangan, demikian data statistik setempat.

Seorang politikus terkemuka, Selasa (29/3), menggambarkan temuan tersebut mengerikan. Data statistik menunjukkan anak yang ditangkap polisi itu berusia 16 tahun atau kurang karena diduga melakukan pelanggaran berkaitan senjata api antara 2013-Januari 2016.

Data tersebut, yang diperoleh berdasarkan peraturan Freedom of Information (FOI), mengungkapkan kenaikan 20 persen dalam penangkapan anak bersenjata dalam satu tahun belakangan.

Data itu disusun satuan polisi individual di seluruh Inggris, dan pasukan yang menanggapi permintaan FOI menunjukkan 1.549 anak ditangkap. Karena sejumlah polisi tidak menanggapi survei, jumlah sesungguhnya diduga lebih banyak lagi.

Anak-anak itu ditangkap karena diduga terlibat kejahatan melibatkan senjata api, senapan angin, atau senapan palsu, dan lebih dari 500 lagi menghadapi tuntutan pidana yang diajukan oleh polisi.

Seorang juru bicara Dewan Kepala Polisi Nasional, mengatakan, "Pasukan di seluruh negeri ini dan kemitraan keselamatan masyarakat bekreja sama untuk mencegah generasi muda terlibat dalam gerombolan penjahat dan senjata api. Ini adalah sepotong pekerjaan penting buat semua lembaga dan masyarakat dalam menghancurkan lingkaran pemuda terlibat dalam gerombolan dan kejahatan terkait."

Menteri Bayangan Kebijakan Tenaga Kerja Inggris, Jack Dromey, menggambarkan statistik bagi kejahatan anak yang melibatkan senjata itu sebagai "mengerikan", terutama adanya anak yang berusia 10 tahun dan memiliki senjata api. 

Ia mengatakan penyelidikan serius perlu dilakukan Kantor Kementerian Dalam Negeri Inggris.

Dromey berkomentar, "Kita perlu mengambil pelajaran dari hukuman yang lebih berat buat mereka yang memasok senjata kepada anak sampai langkah lebih lanjut apa yang mungkin dilakukan guna memerangi kejahatan yang melibatkan penggunaan senjata melalui sekolah."

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016