Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) J.W Saputro mengatakan pihaknya ingin peneliti dianggap sebagai profesi yang "keren" dan terhormat dengan dukungan finansial yang cukup.

"Dengan kita bangga terhadap profesi peneliti yang dipandang keren dan terhormat, tidak hanya capaian publikasi yang didapatkan, tetapi juga peneliti dapat hidup layak dan fokus untuk mengerjakan obyek penelitiannya," kata Saputro usai peresmian DIPI di Jakarta, Rabu.

Ia menegaskan beberapa peneliti yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di luar negeri, kemudian meninggalkan penelitian yang telah dikerjakannya dan beralih menjadi konsultan karena dituntut dengan biaya kebutuhan yang banyak.

Menurutnya, salah satu alasan penelitian tidak terlalu diminati karena peneliti tidak mendapat penghargaan baik secara ilmiah maupun finansial.

Oleh karenanya, DIPI pun memberikan hibah bagi para peneliti Indonesia yang memenuhi kualifikasi dan rekam jejak yang mumpuni untuk menekuni bidang penelitian yang dikaji.

"Kami ingin peneliti bisa fokus dengan obyek penelitiannya dan tidak harus pusing mencari objekan di luar sehingga memiliki waktu penuh. Ini berarti DIPI harus membeli waktu mereka dengan kualifikasi seperti doktor akan dapat (gaji) berapa jika menjadi konsultan," ujar Saputro.

Dengan begitu, generasi muda tidak akan ragu menjadi peneliti jika didukung dengan finansial yang memadai dan bergairah dalam mengajukan proposal terbaik mereka guna membangun daya saing bangsa.

Saat ini, Indonesia masih belum cukup berinvestasi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Anggaran untuk penelitian dan pengembangan pun kurang dari 0,1 persen Produk Domestik Bruto (PDB), yakni jauh di bawah Singapura sebesar 2 persen, Malaysia 1,06 persen dan Vietnam 0,19 persen (Data World Bank 2011).

DIPI sebagai lembaga pendanaan non-pemerintah akan membiayai penelitian tahun jamak bagi ilmuwan-ilmuwan terbaik Indonesia dengan pengelolaan dana yang terpisah dari siklus tahunan anggaran negara.

Dana hibah penelitian DIPI diberikan berdasarkan kualitas, orisinalitas gagasan dan kecakapan peneliti yang diharapkan dapat mendorong kreativitas peneliti dalam mengajukan gagasan terbaik proposal penelitian.

Proposal penelitian yang difokuskan dalam pendanaan terdiri dari delapan area penelitian, yaitu (1) identitas, keragaman dan budaya; (2) kepulauan, kelautan dan sumber daya hayati; (3) kehidupan, kesehatan dan nutrisi; (4) air, pangan dan energi.

Selanjutnya, (5) bumi, iklim dan alam semesta; (6) bencana dan ketahanan masyarakat terhadap bencana; (7) material dan sains komputasi; serta (8) ekonomi masyarakat dan tata kelola.

Pewarta: Mentari DG
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016