Moskow/Beirut (ANTARA News) - Intervensi enam bulan Rusia di Suriah telah membalikkan pendulum perang di negeri itu yang kini menguntungkan posisi Presiden Bashar al-Assad, termasuk sukses terakhir mengusir ISIS dari Palmyra, Minggu.

Direbutkembalinya Palmyra dan bandara militernya telah membuka akses ke bagian timur Suriah ke dua benteng pertahanan ISIS di Provinsi Deir al-Zor dan Raqqa.

"Setelah membebaskan Palmyra adalah perlu bergerak masuk ke daerah-daerah sekitarnya yang akan menuju ke bagian timur negara ini, misalnya, Deir al-Zor," kata Assad. "Pada saat yang sama, kita perlu mengawali arah ke Raqqa yang saat ini menjadi benteng utama ISIS."

Ofensif ke Deir al-Zor atau Raqqa sendiri membutuhkan kekuatan tempur yang lebih dahsyat ketimbang saat merebut Palmyra.

"Masih menjadi pertanyaan apakah tentara Suriah akan mampu terus menerobos masuk ke timur atau tidak," kata Kolonel Steve Warren, juru bicara koalisi anti-ISIS pimpinan AS di Baghdad.

Kendati AS dan Rusia bekerjasama menciptakan gencatan senjata dukungan PBB di Suriah yang mengecualikan ISIS dan Front Nusra, militer AS tidak bekerjasama baik dengan pasukan Rusia maupun pasukan Suriah.

Pasukan Suriah sendiri terkonsentrasi di bagian barat negeri itu untuk melawan ISIS. Sedangkan pasukan oposisi dukungan AS, termasuk pasukan Kurdi-Arab yang melawan kaum jihadis, fokus ke bagian timur laut.

Namun Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Oleg Syromolotov mengakui AS dan Rusia tengah membahas koordinasi militer guna merebut kembali Raqqa dari ISIS.

Kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon, Assad menyatakan Suriah siap bekerjasama dengan pihak mana pun yang memerangi terorisme. "Momen ini mungkin yang paling layak untuk mempercepat perang melawan terorisme," kata dia.

Sejak merebut kembali Palmyra, pasukan Suriah dan sekutu mereka telah menyasar dua kota di bagian timur dan bagian barat kota itu demi menghancurkan ISIS dari upaya mereka memperluas daerah ke wilayah tengah Suriah.

Didukung pasukan udara Rusia, Suriah kini mengepung Kota al-Qaryatain. Bombardemen sengit juga menghajar Kota Sukhna yang menjadi tempat pasukan ISIS mundur dari Palmyra.

Sebelum mundur, ISIS menamam ranjau dan bahan peledak di sekitar bangunan kuno berumur 2.000 tahun di Palmyra yang mereka tinggalkan. Assad memohon PBB merestorasi monumen-monumen kuno di kota itu.

Rusia belum lama ini telah mengirimkan para teknisi militer, anjing pelacak dan robot antiranjau untuk menjinakkan bahan peledak di kota kuno itu.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016