Yogyakarta (ANTARA News) - Lagu-lagu perjuangan nasional perlu dihidupkan kembali di kalangan generasi muda agar memori kolektif terhadap kehidupan berbangsa tidak hilang, kata Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Heri Santoso.

"Lagu-lagu perjuangan memiliki pengaruh menumbuhkan rasa nasionalisme. Untuk menghidupkan kembali lagu-lagu tersebut menjadi tanggung jawab bersama," katanya pada Pelatihan Teknik Manajemen Paduan Suara Lagu Perjuangan di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, lagu perjuangan nasional saat ini jarang diputar maupun dinyanyikan dan hanya diperdengarkan pada hari-hari besar negara atau upacara. Bahkan, pamornya semakin meredup tergeser oleh lagu-lagu populer yang ada saat ini.

Saat ini, kata dia, terdapat kecenderungan masyarakat mulai kehilangan memori kolektif terhadap kehidupan berbangsa. Salah satunya ditandai dengan banyaknya generasi muda yang tidak hapal lagu-lagu perjuangan nasional.

"Banyak anak muda yang tidak hapal lagu nasional apalagi disuruh untuk memimpin paduan suara," katanya.

Ia mengatakan minat remaja saat ini sangat kurang terhadap lagu-lagu perjuangan. Generasi muda cenderung menyukai lagu-lagu yang sedang populer di dunia ketimbang menghapal dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan nasional.

"Padahal di balik lagu-lagu perjuangan itu mengandung hikmah, pesan, dan amanat kebangsaan yang tidak bisa diwakili oleh lagu-lagu pop yang diperdengarkan sehari-hari di media," katanya.

Berawal dari keprihatinan tersebut PSP UGM berupaya untuk membangun kembali kecintaan generasi muda terhadap lagu perjuangan nasional melalui pelatihan manajemen paduan suara lagu perjuangan.

"Pelatihan itu ditujukan untuk membangun kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila lewat lagu-lagu perjuangan," katanya.

Menurut dia, pelatihan tersebut diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai kalangan seperti kelompok paduan suara, guru, mahasiswa, dan masyarakat.

"Para peserta tersebut antara lain berasal dari Tangerang, Tulung Agung, Temanggung, Klaten, dan Yogyakarta," kata Heri Santoso.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016