Jakarta (ANTARA News) - Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer 2016 masih terkendala gangguan "server" di beberapa daerah karena komputer gagal melakukan sinkronisasi dengan "server", kata Kepala Pusat Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam.

"Pada hari pertama pelaksanaan UNBK, total ada 90-an "server" dari 13.000 "server" yang mengalami gangguan. Hari ini juga beberapa server yang mengalami gangguan," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Permasalahan utama dari gangguan "server" tersebut, lanjut dia, dikarenakan komputer gagal melakukan sinkronisasi dengan "server". Sebenarnya, permasalahan tersebut sudah ada jawabannya di prosedur standarnya.

"Kalau sudah disinkronisasi, seharusnya komputer tidak boleh diotak-atik lagi, kalau diotak-atik maka komputer dan "server"nya gagal melakukan sinkronisasi," imbuh dia.

Antusiasme masyarakat dalam membantu penyelenggaraan UNBK juga tinggi. Nizam menyebut di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya para orang tua meminjamkan genset untuk mendukung penyelenggaraan UNBK.

Begitu juga Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang turut berperan dalam penyediaan listrik agar pelaksanaan UNBK berjalan lancar.

"Di beberapa daerah, PLN malah meminjamkan gensetnya kepada sekolah, agar UNBK berjalan lancar."

Secara keseluruhan, lanjut dia, permasalahan yang terjadi pada UN 2016 lebih sedikit jika dibandingkan tahun lalu. UN berbasis kertas dan pensil juga tidak mengalami permasalahan berarti.

Nizam menyebut di Papua, pelaksanaan UN berbasis kertas dan pensil juga berjalan lancar.

Sebanyak 3.302.673 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) di Tanah Air mengikuti Ujian Nasional (UN), yang dimulai pada Senin (4/4).

UNBK diikuti sebanyak 4.402 sekolah atau sekitar 927.000 siswa. Sebelumnya pada 2015, UNBK diikuti 594 sekolah. UNBK disinyalir lebih efesien serta dapat meminimalisir bentuk kecurangan. Sekolah juga tak perlu harus mengadakan peralatan komputer, namun hanya menggunakan peralatan yang tersedia. Jika tak mencukupi, sekolah bisa menggunakan peralatan di sekolah lain yang tidak melaksanakan UN.

Komputer sekolah yang mengikuti UN tersebut dipasangi aplikasi yang kemudian aplikasi tersebut terus di-"update" melalui enkripsi. Peserta UNBK juga akan kesulitan berbuat curang karena soal yang didapat para siswa bersifat acak. Sehingga siswa satu dan yang lain mengerjakan soal yang tidak sama.

Mengenai pengawas, pada UN berbasis kertas ada dua pengawas di setiap kelas, sedangkan untuk UNBK terdapat satu teknisi dan satu proktor yang memastikan siswa melaksanakan UNBK sesuai dengan prosedur.

Pewarta: Indriani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016