New York, Amerika Serikat (ANTARA News) - Komisi Sekuritas Amerika Serikat (SEC) akan mengkaji dokumen bocor dalam skandal "Panama Papers" yang menyingkapkan para pemilik ribuan rekening bank tersembunyi dengan kemungkinan tuduhan melanggar UU anti-suap, kata kepala unit pemberantasan korupsi asing SEC.

"Ya, kami akan mempelajarinya, sebagaimana kami lakukan terhadap semua sumber publik yang membidik aktivitas keuangan terkait korupsi," kata Kara Novaco Brockmeyer, kepala Aksi Praktik Korupsi Asiang SEC (FCPA) pada sebuah konferensi industri, Rabu waktu AS.

SEC tidak menjelaskan apakah mereka akan mengkaji dokumen-dokumen bocor milik firma hukum Panama, Mossak Fonseca, ini.

Firma hukum Panama ini mengkhususkan diri mendirikan perusahaan-perusahaan offshore yang kerap digunakan sebagai tameng keuangan untuk para politisi dan tokoh-tokoh publik di seluruh dunia.

"Hal pertama yang kemungkinan besar bakal ditempuh SEC adalah menyelidiki nama-nama perusahaan individual AS dalam dokumen itu. Mereka perlu melindungi risiko mereka sendiri," kata Ratan Narnolia, senior manager lembaga konsultan penanganan antipencucian uang Crowe Horwath.

"Mereka tidak bisa mengejar semuanya. Ada banyak negara yang juga mencermatinya dan mereka akan menggelar investigasinya sendiri. SEC mesti membuat garis demarkasi sehingga mereka bisa fokus kepada prioritas utama yakni keterlibatan organisasi atau warga negara AS."

SEC juga kemungkinan akan menentukan kasus mana yang dilanjutkan, berdasarkan jumlah dana yang disembunyikan dalam rekening-rekening itu, mengingat perhatian utamanya adalah perusahaan publik internasional yang terlibat dalam korupsi. SEC juga berwenang menyelidiki perusahaan multinasional yang beroperasi di AS.

Para peserta konferensi di New York itu sendiri menyebutkan SEC akan memokuskan pada praktik-praktik ilegal yang kebanyakan digunakan untuk jejaring pendanaan bisnis narkoba dan terorisme. Selain itu, mengincar berbagai kasus penyuapan dan korupsi yang melibatkan pejabat negara dan perusahaan.

"Akan ada banyak hal yang dikaji SEC," kata Ratan Narnolia seperti dikutip Reuters.

Mossak Fonseca sendiri mengaku korban peretasan, namun Panama Papers sudah terlanjur memakan korban pertamanyaq, yakni Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson yang mundur setelah Panama Papers menyingkapkan perusahaan offshore rahasia milik istrinya.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016