London (ANTARA News) - Perdana Menteri Inggris David Cameron pada Minggu (10/4) mengambil langkah tak biasa dengan mempublikasikan catatan pajaknya guna mengakhiri pertanyaan-pertanyaan tentang kekayaan pribadinya yang muncul setelah penyebutan dana mendiang ayahnya di luar negeri dalam Dokumen Panama (Panama Papers).

Sebelumnya, keengganan Cameron untuk mengakui bahwa ia menerima keuntungan dari dana sang ayah telah memunculkan kemarahan, menambah masalahnya saat menghadapi pertarungan politik guna membujuk rakyat Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa dalam referendum 23 Juni.

Masalah keanggotaan Inggris di Uni Eropa itu telah memecah belah partai Cameron, Partai Konservatif.

Sementara itu, pemerintah juga menghadapi masa sulit terkait pengunduran diri seorang menteri senior, perubahan dalam pengurangan anggaran kesejahteraan serta tuduhan-tuduhan bahwa pemerintah gagal melindungi industri baja Inggris.

Setelah mengatakan pada Sabtu bahwa dia bisa menangani masalah Dokumen Panama lebih baik, Cameron mengeluarkan ringkasan catatan pajaknya dalam periode enam tahun terakhir.

Namun, harapan untuk membungkam serangan tampaknya hanya bertahan sebentar.

Surat-surat kabar Minggu tetap membahas masalah hadiah senilai 200.000 pound (Rp3,7 miliar) yang diterima Cameron dari ibunya pada 2011. Hadiah itu dicurigai merupakan salah satu cara untuk menghindari pajak warisan.

Seorang sumber di kantor perdana menteri mengatakan bahwa kecurigaan itu tidak benar.

Cameron merupakan salah satu dari puluhan politisi di seluruh dunia yang terkena dampak kebocoran 11,5 juta dokumen dari kantor hukum Panama, Mossack Foseca.

Dokumen itu berisi rincian pendirian 200.000 kantor, tempat berlindung di luar negeri untuk menghindari pajak.

Cameron pada Senin akan memberikan penyataan di depan parlemen soal kebijakan pajak dalam upaya untuk mengembalikan kepercayaan terhadapnya.

Sebelumnya, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn melancarkan tuduhan bahwa Cameron telah mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menyesatkan rakyat sebelum akhirnya mengakui bahwa ia mendapat keuntungan dari dana ayahnya.

Beberapa politisi yang berkampanye agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa melalui referendum Juni mendatang khawatir masalah yang dihadapi Cameron akan membawa kerugian di pihak mereka, demikian seperti diwartakan kantor berita Reuters.(Uu.T008)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016