Jakarta (ANTARA News) - Cerita skandal "Panama Papers" dan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin liar dengan membuka lembaran baru yang lebih sensasional setelah media Barat mencurigai Putin merancang skandal pembocoran dokumen milik firma hukum Panama Mossack Fonseca ini semua, tulis laman RT.com.

Alasan media Barat adalah karena dugaan keterlibatan Putin dalam skema offshore tidak disebut sama sekali dalam "Panama Papers."

"Mengingat kemampuan peretasan Rusia yang mumpuni, sebuah unit khusus siber di Kremlin mungkin saja yang mengambil dokumen-dokumen itu," tulis Clifford Gaddy, analis pada Brookings Institution, organisasi think tank nirlaba AS.

Dia menduga unit intelijen keuangan pribadi Putin terlibat dalam pembobolan dokumen itu sebelum bagian dokumen yang dibobol ini dikirimkan ke sebuah koran Jerman.

Bagian dokumen lainnya yang tidak diserahkan ke media massa ditahan oleh intrik Putin untuk dipakai sebagai alat memeras sasaran-sasaran sesungguhnya mereka yang berada di Amerika Serikat dan di mana saja, kata Gaddy.

"Panama Papers" adalah skandal pembocoran data keuangan terbesar dalam sejarah. Sekitar 11 juta dokumen selama empat dekade, termasuk informasi keuangan miliki hampir 150 politisi dari 50 negara, dibocorkan kepada media untuk kemudian disebarkan ke masyarakat.

Seraya menyatakan nama Putin telah disaring terlebih dahulu dari "Panama Papers", Gaddy menyebut "Panama Papers" tadinya ditujukan untuk riset independen dan solusi kebijakan yang inovatif. Masalahnya dalam dokumen itu tidak terdapat jejak pemimpin Rusia yang telah lama menjadi bidikan para wartawan Barat. Oleh karena itu, Gaddy yakin Putin adalah biang keladi di balik "Panama Papers".

Menurut Grady, "Panama Papers" bukanlah tanpa agenda dan malah memberikan dampak negatif kepada stabilitas Barat, karena bisa dipakai sebagai "senjata untuk memeras" ketika berada di tangan Rusia.

"Di tangan penegak hukum, informasi semacam itu bisa digunakan untuk menuntut perusahaan-perusahaan dan individu-individu; tetapi di tangan pihak ketiga, itu menjadi senjata untuk memeras,” kata Gaddy.

Gaddy memiliki pandangan seperti ini karena dalam "Panama Papers" tidak banyak informasi mengenai warga Amerika, sebaliknya orang atau kelompok Amerika yang tidak ada pada daftar itu telah dipilah karena akan menjadi bidikan pemerasan Rusia.

"Anda membeberkan rahasia untuk menghancurkan atau menyembunyikan rahasia untuk mengendalikan. Putin bukan penghancur. Dia adalah pengendali," kata Gaddy, seraya mengatakan yang muncul saat ini dari "Panama Papers" hanyalah bagian pertama dari siasat lebih besar.

Teori Gaddy ini kemudian dibiakkan oleh beberapa media Barat, antara lain Washington Post yang menyebut skandal "Panama Papers" "tidak sepenuhnya liar”.

"Mungkin orang-orang Rusialah yang berada di balik pembocoran ini,” tulis Washington Post.

Seraya menyebut Gaddy salah satu ahli ekonomi Rusia paling terkemuka dari Barat, The Post menyatakan skenario Gaddy patut didalami.

Namun kartunis dan kolumnis Ted Rall justru menganggap media Barat berlebihan dan sekaligus menggelikan.

"Implikasi-implikasi Barat semacam ini --yang secara harafiah berusaha mengatakan karena dia (Putin) tidak disebut (Panama Papers), maka itu sudah bukti bahwa dia terlibat-- adalah menggelikan," kata Ted Rall.

"Ada keinginan besar dari bagian besar kalangan media AS dan Barat untuk berusaha memergoki Presiden Putin melakukan hal buruk. Sepertinya mereka mempunyai kesimpulan sesuai keinginan mereka sendiri dan kemudian mereka balikkan sebagai bukti bahwa itu semua cocok dengan kesimpulan mereka," sambung Ted Rall seperti dikutip laman www.RT.com.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016