Istanbul (ANTARA News) - Para pemimpin dari lebih 50 negara yang berpenduduk mayoritas Islam pada Jumat menuding Iran mendukung terorisme dan mencampuri urusan negara-negara regional, termasuk Suriah dan Yaman, sebuah kutukan yang bisa memperlebar perpecahan antara Iran dan rival utamanya, Arab Saudi.

Para pemimpin, termasuk Presiden Iran Hassan Rouhani, menghadiri suatu konferensi tingkat tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) di Istanbul pekan ini guna membahas isu-isu seperti kemanusian akibat perang saudara di Suriah.

"Konferensi mengutuk campur tangan Iran dalam urusan-urusan internal negara-negara di kawasan itu dan negara-negara lain termasuk Bahrain, Yaman, Suriah dan Somalia, dan dukungannya yang terus berlanjut bagi terorisme," kata OIC dalam komunike akhirnya di KTT tersebut.

Juga ditekankan perlunya bagi "hubungan-hubungan kooperatif" antara Iran dan negara-negara Muslim lainnya, termasuk menahan diri menggunakan atau mengancam akan melakukan kekuatan.

Baik Turki, yang telah memangku keketuaan OIC selama tiga tahun secara bergilir, maupun Arab Saudi merupakan bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat melawan militan-militan kelompok bersenjata ISIS di Suriah. Keduanya juga penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad, suatu sikap yang telah membuat mereka berhadap-hadapan dengan Iran, sekutu Presiden Bashar.

Iran yang penduduknya Muslim beraliran Syiah juga bersekutu dengan gerakan Houthi di Yaman, yang berperang melawan pasukan yang setia kepada presiden dukungan Saudi di Yaman dalam konflik yang telah merenggut lebih 6.000 jiwa sejak Maret 2015.

Sementara Turki dan Iran memiliki perbedaan terkait Suriah, mereka telah tetap menjaga hubungan diplomatik dan perdagangan. Turki juga yang mayoritas penduduknya Muslim Sunni, dekat dengan Arab Saudi, yang telah memutus hubungan diplomatik dengan Iran, dan mencemaskan pengaruh Iran yang terus tumbuh di Lebanon, Suriah dan Yaman.


"Kita Muslim"

Sehari sebelum komunike tersebut dikeluarkan, Presiden Rouhani mendesak delegasi-delegasi KTT menghindari pengiriman pesan-pesan yang meretakkan.

"Jangan sampai keluar pesan yang akan menyulut perpecahan dalam komunitas Islam ini dari konferensi," kata Rouhani, menurut televisi negara Iran.

Dalam pidato penutupan jumpa pers KTT itu, Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan perlunya pihak-pihak islah.

"Kita Muslim, kita tak akan membiarkan Islam terpecah," kata dia.

Para pemimpin juga mengutuk apa yang mereka sebut agresi Armenia terhadap Azerbaijan dan menyerukan penarikan pasukan berseenjata Armenia tanpa syarat dari kawasan nagorno-Karabakh.

Pada Kamis, Erdogan mengatakan negara-negara itu telah sepakat untuk bekerja lebih erat memerangi terorisme dan akan mendirikan satu pusat untuk kerja sama di antara kepolisian mereka yang berkedudukan di Istanbul, demikian Reuters.

(M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016