Tulungagung (ANTARA News) - Infeksi saluran pernafasan akut (pneunomia) masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

"Selama kurun 2015, angka kematian pada penderita pneunomia unspecific atau infeksi di paru dengan berbagai sebab ini tercatat sebanyak 51 orang," kata Kasi Informasi dan Pemasaran RSUD dr Iskak Mochammad Rifai kepada Antara, Minggu.

Empat jenis penyakit kronis lain yang memiliki risiko kematian tertinggi setelah pneunomia yakni sepsis atau infeksi yang menjalar ke sistem aliran darah, "capcay hernia of brain" (stroke ringan), gagal ginjal kronis, serta stroke yang diakibatkan pendarahan otak.

"Kalau selama kurun Januari 2016 yang sudah terekap dalam sistem kami, sepsis, pneunomia dan kasus ginjal kronis yang masih masuk lima besar. Dua lainnya adalah infeksi rongga perut dan stroke buntu," paparnya.

Rifai tak menyebut jumlah penderita kasus pneunomia maupun penyakit lain dimaksud, yang masuk dan menjalani proses rawat inap/jalan di RSUD dr Iskak selama kurun 2015.

Namun mengacu data resmi yang dirilis Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, ISPA menjadi kasus dengan jumlah penderita terbanyak selama kurun 2015 dengan volume mencapai 17.376 orang.

Sementara tiga kasus terbanyak lain adalah hipertensi sebanyak 9.440 orang, diabet noninsulin mencapai 2.172 orang/penderita, dan asma 2.085 orang.

"Tapi kami tidak membuat tabulasi kasus kematian karena tidak ada laporan soal itu dari jajaran puskesmas, klinik maupun rumah sakit swasta di Tulungagung," kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Tulungagung Bahrudin.

Kendati membenarkan kasus diabetes memiliki jumlah penderita cukup besar, Bahrudin maupun Rifai mengatakan jenis penyakit kronis tersebut sebenarnya tidak berisiko kematian kecuali merembet ke penyakit lain atau terjadi komplikasi.

"Kalau ada kasus diabet yang berakhir dengan kematian, biasanya karena ada penyakit penyerta akibat kadar gula penderita yang tidak terkontrol sehingga memicu komplikasi penyakit lain," kata Bahrudin.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016