Kairo (ANTARA News) - Menteri Urusan Penerbangan Sipil Mesir Sherif Fathi Attia mengatakan pihaknya berencana menambah frekuensi penerbangan EgyptAir rute Jakarta-Kairo dari dua kali yang kini ada menjadi empat kali seminggu pada 2018.

"Penambahan frekuensi penerbangan EgyptAir ke Jakarta itu direncanakan dilakukan pada 2018 atau 2019 saat kami mendapatkan tambahan pesawat," katanya kepada wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media di Kairo, Senin.

Menurut Attia, pihaknya menyambut hangat warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan umrah dan haji ke Arab Saudi dengan menumpang pesawat EgyptAir rute Jakarta-Kairo dan pihaknya mengantisipasi pertumbuhan jumlah turis asal Indonesia yang berkunjung ke Mesir di masa mendatang.

Saat ini, maskapai penerbangan nasional Mesir ini melayani dua kali penerbangan rute Jakarta-Bangkok-Kairo PP, yakni pada Kamis dan Minggu, dengan menggunakan pesawat berbadan lebar Airbus 330-300.

Dalam mendukung industri pariwisata Mesir, kementeriannya tidak hanya mendukung penguatan EgyptAir tetapi juga mendorong para operator penerbangan negara lain menerbangi berbagai bandar udara negara itu, katanya.

Attia mengatakan Kebijakan "Open Sky" diterapkan kementeriannya untuk 21 bandara kecuali Bandara Internasional Kairo yang dikontrol melalui perjanjian bilateral, katanya.

Terkait dengan upaya memperkuat EgyptAir yang bisnisnya sempat terpukul oleh Revolusi Mesir 2011, dia mengatakan pihaknya berencana menambah 85 pesawat baru dalam lima tahun mendatang namun dia belum dapat membuka produk mana yang akan dipilih untuk memperkuat armada baru maskapai nasional Mesir itu.

"Yang pasti, kami membutuhkan pesawat-pesawat berbadan kecil dan lebar, termasuk yang berkapasitas 270 tempat duduk," katanya.

Menjawab pertanyaan tentang tantangan yang kini dihadapi dunia penerbangan sipil Mesir, Attia menyebut ancaman terorisme sebagai tantangan pertama menyusul kasus jatuhnya pesawat sipil Rusia di Semenanjung Sinai tahun lalu.

Namun Menteri Urusan Penerbangan Sipil Mesir ini menegaskan bahwa kondisi keamanan aviasi di negaranya "jauh lebih aman" dari apa yang kerap digambarkan oleh sejumlah media luar negeri menyusul insiden tahun lalu itu.

Setelah kejadian yang diyakini Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia Aleksander Bortnikov disebabkan oleh serangan teroris tersebut, Mesir bekerja sama dengan banyak pihak dalam memperkuat standar prosedur operasional keamanan bandara-bandara negara itu, katanya.

"Bahkan, standar prosedur operasional keamanan bandara-bandara di Mesir bisa jauh lebih ketat dibandingan standar internasional," kata Attia.

Dia mencontohkan pihaknya menerapkan pemindai tubuh (body scanner) setelah penumpang melintasi metal detector namun pelaksanaannya tidak mengabaikan kenyamanan penumpang.

Pewarta: Rahmat Nasution
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016