Kami berkomitmen untuk saling mendukung setiap kegiatan promosi ekspor yang dilaksanakan masing-masing pihak untuk meningkatkan perdagangan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan memperkuat kerja sama promosi ekspor produk dan jasa dengan Jepang untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan antarkedua negara tersebut.

"Kami berkomitmen untuk saling mendukung setiap kegiatan promosi ekspor yang dilaksanakan masing-masing pihak untuk meningkatkan perdagangan," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak, di Jakarta, Selasa.

Dalam kesempatan tersebut, Nus dan Gubernur Prefektur Wakayama, Yoshinobu Nisaka, menandatangani "joint statement" untuk saling mempromosikan ekspor produk atau jasa Indonesia dan Jepang. Kerja sama dan kesepakatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Jepang.

Kerja sama meliputi, lanjut Nus, pertukaran informasi, penyelenggaraan seminar, partisipasi dalam pameran internasional, penyelenggaraan misi dagang, pengembangan produk, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang disepakati bersama.

"Kerja sama ini penting dan strategis bagi Indonesia karena Jepang merupakan pasar ekspor Indonesia. Pada tahun 2015, Jepang merupakan negara tujuan ekspor produk Indonesia ketiga setelah Amerika Serikat dan RRT," lanjut Nus.

Menurut Nus, Indonesia harus dapat memanfaatkan peluang pasar di Prefektur Wakayama. Prefektur Wakayama merupakan salah satu prefektur di Jepang yang dikenal luas dengan industri manufaktur, kimia, dan pariwisatanya.

"Indonesia dapat memanfaatkan peluang pasar yang ada dengan mengekspor produk furnitur, home decor, herbal atau spa ke hotel atau resor yang tersebar di daerah Wakayama. Selain itu, juga untuk promosi produk halal. Jepang akan menjadi penyelenggara Olimpiade 2020," ungkap Nus.

Selain menandatangani joint statement, Pemerintah Prefektur Wakayama juga tengah menjajaki kemungkinan investasi pengolahan minyak nabati berbahan baku sekam padi. Diharapkan hal tersebut bisa menjadi peluang bagi produsen beras lokal untuk mengolah limbah beras menjadi produk yang bernilai tambah.

Dalam kesempatan tersebut, Yoshinobu menyatakan bahwa kerja sama tersebut akan membuka peluang kepada pelaku usaha dari kedua negara. Pemerintah Jepang, akan mempergunakan data-data yang dimiliki Ditjen PEN untuk membuka peluang ekpor maupun investasi di Indonesia.

"Kami bekerja sama dengan Ditjen PEN untuk menyediakan berbagai pelaung bagi pihak swasta dari kedua negara," kata Yoshinobu.

Selain itu, lanjut Yoshinobu, selama ini Prefektur Wakayama sudah melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah daerah di Indonesia, namun, ada keterbatasan dalam menyamakan keinginan dari dua belah pihak baik antara pengusaha asal Negeri Sakura tersebut maupun dari pengusaha asal Indonesia.

"Selama ini jika bekerja sama dengan pemda, maka counterpart juga pemda. Namun menurut kami antar pemda itu kurang matching untuk menjodohkan kedua belah pihak. Dengan Kemendag, kami harap masyarakat dikedua negara lebih memahami satu sama lain," kata Yoshinobu.

Tercatat, total nilai perdagangan Indonesia dan Jepang pada Januari-Februari 2016 mencapai 4,68 miliar dolar AS atau menurun 19,48 persen dibandingkan periode yang sama pada 2015.

Dari total nilai perdagangan tersebut, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang tercatat sebesar 2,16 miliar dolar AS dan nilai impor nonmigas Indonesia dari Jepang sebesar 1,93 miliar dolar AS, dimana terlihat bahwa Indonesia mengantongi surplus sebesar 234,86 juta dolar AS.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016