Jakarta (ANTARA News) - PT Antam (Persero) Tbk menggandeng dua perusahaan asal Jerman yaitu Cronimet Holding GmbH dan Ferrostaal Industrial Projects GmbH untuk bekerja sama mengembangkan fasilitas produksi feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan proyek kerjasama yang baru ditandatangani dengan Cronimet dan Ferrostaal ini memiliki tujuan yang sama seperti proyek berbasis nikel lainnya.

"Saya yakin proyek ini seperti proyek lainya yakni Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa dan Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim, juga akan memberikan nilai tambah bagi sumber daya nikel Antam yang besar di Indonesia," kata Tedy dalam pernyataan tertulisnya yang diterima redaksi Antara di Jakarta, Rabu.

Kerja sama ini juga, kata Tedy, merupakan bagian dari strategi perusahaan serta menunjukkan komitmen mereka untuk meningkatkan nilai pemegang saham.

"Ini komitmen Antam dalam meningkatkan nilai pemegang saham dan sejalan bersama strategi perusahaan untuk meningkatkan nilai cadangan dengan peningkatan aktivitas pengolahannya," ujar Tedy.

Antam, Cronimet dan Ferrostaal, kata dia, akan mengkaji kemungkinan untuk mengembangkan deposit nikel milik Antam melalui pembangunan fasilitas produksi feronikel yang berlokasi di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Setelah diperoleh hasil dari kajian studi pendahuluan, proyek ini diperkirakan akan mengolah 1,85 juta wet metrik ton (wmt) bijih nikel per tahun menjadi 19.500 metrik ton nikel dalam bentuk feronikel dengan kandungan minimum nikel sebesar 15 persen.

"Dalam perjanjian ini, Antam akan memasok bijih nikel sebagai umpan pabrik dengan kadar nikel minimal 1,6 persen," ujar Tedy.

Antam juga, Tedy mengatakan akan memperoleh keuntungan dalam pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada di Pomalaa serta bertanggung jawab dalam hal operasi dan perawatan (Operations and Maintenance) dari fasilitas produksi feronikel tersebut.

Untuk estimasi awal nilai proyek ini, adalah sebesar 800 juta dolar AS dengan kepemilikan Antam dalam proyek ini diperkirakan sebesar 25 persen dengan Croniment dan Ferrostaal akan memiliki 75 persen.

Proyek ini, tambah Tedy, adalah bagian dari strategi ANTAM untuk melangkah masuk ke aktivitas pengolahan yang bernilai tambah dengan bekerjasama dengan mitra kelas dunia seperti Cronimet dan Ferrostaal.

Cronimet memiliki pengalaman yang ekstensif dalam pengadaan dan pemasaran produk bagi industri baja nirkarat secara global, termasuk logistik dan jasa lainnya yang dibutuhkan oleh konsumen.

Ferrostaal memiliki pengalaman dalam pengembangan dan implementasi pabrik industrial berskala besar, khususnya dalam penyusunan struktur skema proyek (mencakup kontrak EPC dan pengaturan kontrak Operations & Maintenance).

Kepastian Antam dalam menggandeng dua perusahaan Jerman tersebut, diumumkan oleh perusahaan plat merah tersebut setelah ditandatanganinya kesepakatan peningkatan proyek (Project Development Agreement/PDA) pada Selasa (19/4) di Berlin, Jerman.

Penandatanganan PDA Antam dengan Cronimet dan Ferrostaal tersebut dilakukan dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Jerman yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

PDA tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman, CEO Cronimet Gunter Pilarsky dan CEO Ferrostaal DR Klaus Lesker serta disaksikan oleh Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016