London (ANTARA News) - Jika Inggris meninggalkan Uni Eropa (Brexit), posisi dominan London sebagai pusat keuangan dunia akan berada di bawah ancaman dan pusat keuangan Uni Eropa lainnya akan menggantikan posisi London, kata Menteri Jo Johnson seperti dikutip Reuters.

London mendominasi pasar valuta asing senilai 5,3 triliun dolar AS per hari dan ini merupakan pusat keuangan paling penting di Uni Eropa dan menyaingi New York sebagai ibu kota keuangan dunia.

Sejumlah kalangan perbankan mengatakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan menggerus kemakmuran London, memukul mata uang sterling, merusak perekonomian kelima terbesar dunia itu, dan mendorong pelaku pasar keuangan mengalihkan bisnis ke pusat-pusat keuangan lain seperti New York dan Singapura.

Johnson yang merupakan abang Wali Kota London Boris Johnson si pendukung utama keluarnya Inggris dari Uni Eropa, menyatakan suara dukungan untuk Brexit akan merusak sterling, mempengaruhi tingkat suku bunga dan menggerus dinamisme yang selama ini telah membuat London sebagai pusat jasa keuangan Uni Eropa.

"Ada kemungkinan besar bahwa London, yang selama ini telah membangun diri sebagai pusat keuangan Eropa, membiarkan Paris dan Frankfurt mengambilalih," kata Jo Johnson dalam diskusi yang dituanrumahi Thomson Reuters dan Clifford Chance di London.

"Saat ini kita telah menempatkan diri kita sendiri pada sebuah posisi di antara London dan New York, serta pusat keuangan masa depan di Asia," kata Johnson. "Kita akan tiba-tiba membuat segalanya rentan dan menggugat diri kita sendiri dengan perjuangan menjadi terkemuka di dalam Eropa."

Sejak pengawasan mata uang ditinggalkan Inggris pada 1979, London telah berubah menjadi pusat untuk segala hal dari mata uang asing dan obligasi, sampai pasar derivatif dan manajemen dana, sehingga mengubahnya menjadi ekportir bersih terbesar jasa keuangan dunia.

Menurut Bank for International Settlements, London menguasai 41 persen pasar valuta asing dunia, hampir dua kali lipat pesaing terdekatnya, New York.

Pesaing utama London di Eropa adalah Swiss dan Paris yang masing-masing menguasai pasar uang dunia, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016