Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengatakan volatilitas kurs rupiah terhadap mata uang asing sepanjang Maret hingga April 2016 sebesar 5,6 persen, yang menunjukkan terjaganya stabilitas nilai tukar, meskipun ancaman fluktuasi masih membayangi.

"Dana asing masuk jangan sampai timbulkan volatilitas berlebihan atau apresiasi berlebihan, yang pada gilirannya bisa sebabkan rupiah terlalu kuat, sehingga merugikan dari sisi yg lain," kata Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung di Jakarta, Selasa.

Bank sentral, lanjut Juda, ingin menjaga volatilitas kurs rupiah tidak melebihi 10 persen pada tahun ini, berkaca pada tahun sebelumnya di mana volaitilitas kurs pernah melebihi 11 persen.

Ke depan, bank sentral melihat aliran dana asing yang masuk ke pasar finansial domestik akan semakin deras, didorong divergensi antara masing-masing kebijakan moneter negara maju yang mulai berkurang, ditambah percepatan pemulihan ekonomi domestik.

"Volatilitas Maret ke April cukup rendah, jika dibandingkan sebelumnya rata-rata 10 hingga 11 persen," ujarnya.

Mengacu pada kurs refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar (JISDOR), selama kurun 1 Maret hingga 26 April 2016, nilai tukar rupiah pernah menguat hingga di level Ro13.020 per dolar AS. Nilai terlemah kurs Rupiah pada kurun tersebut juga hanya terjadi pada 1 Maret 2016 ketika kurs berada di Rp13.367 per dolar AS.

Jika merujuk data triwulan I 2016, modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia sebesar 4,9 miliar dolar AS. Jumlah dana masuk itu, kata Juda, bahkan melampui aliran dana yang masuk pada triwulan I dan II 2015.

Untuk triwulan I 2016, pasokan modal asing itu telah mendorong apresiasi nilai tukar rupiah sebesar 3,96 persen (year to date/YTD) ke level Rp13.260 per dolar AS. Level rupiah sepanjang Januari-Maret 2016 ini, menurut Juda, sejalan dengan nilai fundamentalnya.

Khusus untuk pasar Surat Utang Negara (SUN), BI mencatat modal asing masuk sebesar 3,7 miliar dolar AS hingga Maret 2016.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016